Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bagaimanakah Status Shalawat Badar ????

lahirnya shalawat badar
Bagaimanakah Status Sholawat Badr...???

Suatu ketika seseorang bertanya kepada ana mengenai shalawat badar, dengan pertayaan:
1)      Apakah kata Taha dalam shalawat badar adalah gelar Nabi Muhammad SAW ?
2)      Bagaimanakah sebenarnya status shalawat badar, karena ana bingung,  mohon penjelasannya…!!!!


Jawaban :

Adapun Sholawat Badriyyah/Badr adalah sholawat lokal, yng disusun oleh seorang Kiayi Indonesia, dan tidak dikenal di dunia internasional. Dengan kata lain, sholawat badar yang kita kenal saat ini, hanya ada di indonesia. Sholawat ini disusun oleh Kyai Ali Mansur yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur di Era tahun 1960-an.

Di tahun 1960-an, kaum muslimin di Indonesia mengalami masa kegelapan akibat pengaruh dan fitnah dari partai komunis (PKI), maka Kyai Ali Mansur seorang lulusan pesantren Lirboyo, Kediri) yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi, Jawa Timur dan sebagai Pengurus Cabang NU Banyuwangi, menyusun sya'ir Sholawat Badriyyah, yang kemudian beredar luas di Masyarakat Indonesia sampai sekarang.

Berdasarkan cerita dari suatu sumber, suatu pagi orang-orang yang ada di sekitar rumah Kyai Ali Mansur berdatangan kerumah Kyai Ali Mansur dengan membawa beras. Katanya, mereka bermimpi untuk membantu Kyai Ali Mansur karena ia sedang mendapatkan sesuatu, yang mana Kyai Ali Mansur bermimpi didatangi orang-orang berjubah putih. Kemudian pada siang harinya Kyai Ali Mansur Langsung pergi menemui Habib Hadi Al-Haddar Banyuwangi dan meceritakan kisah mimpinya itu. Habib Hadi menyatakan bahwa orang-orang yang berjubah putih itu adalah ruh para pejuang Badar. Katanya, mereka adalah arwah para sahabat yang ikut dalam perang Badar. Sehingga kemudian sya'ir sholawatnya disebut dengan Sholawat Badar atau Badriyyah.

Beberapa waktu setelah kejadian tersebut, ada seorang habib yang datang dari Jakarta, yakni Habib Ali dari Kwitang, padahal ketika itu sholawat badar belum dipublikasikan, akan tetapi Habib Ali sudah mengetahuinya. Habib Ali Kwitang lalu meminta agar Kiyai Ali Mansyur membacakan syair sholawat badriyyah tersebut. Semua yang hadir terharu dan menangis ketika mendengar syair sholawat tersebut dibacakan. 

Selanjutnya, pada suatu pertemuan di Kwitang yang dihadiri oeh para Kyai dan habib dari berbagai penjuru, Kyai Ali Mansur diminta untuk membacakan syair sholawat badriyyah tersebut. Maka kemudian sholawat badriyyah pun mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sejak saat itu.

(Sumber kisah ini : Buku Antologi NU Sejarah Istilah Amaliyah Uswah karya Haji Sulaiman Fadeli)

Mari kita bahas 2 pertanyaan di atas,

1)      Apakah kata Taha dalam shalawat badar adalah gelar Nabi Muhammad SAW ?
Jawaban ana :
Belum ana temukan satu hadits pun yang mengatakan bahwa kata Taha adalah gelar Rasulullah SAW, sebab kata Taha  hanya dapat kita temukan dalam salah satu fawatih ash-shuwar (pembuka surat-surat) yang ada di dalam Al-Qur'an. Dalam hal ini pula, ana tidak menemukan alasan mengapa Kyai Ali Mansur menggunakan kata tersebut.

2)      Bagaimanakah sebenarnya status shalawat badar, karena ana bingung,  mohon penjelasannya…!!!!
Jawaban ana:
Dengan melihat sejarah di atas, kita sudah dapat menyimpulkan bahwa sholawat badar hanyalah sebuah karya sastra syair yang membaca bukanlah termasuk ibadah yang diperintahkan. Karena setiap ibadah harus memiliki dua syarat:
1)      Ikhlas
2)      Ada landasan valid dan contoh nyata dari Rasulullah SAW

Kepada semua Aktivis dakwah di seluruh Indonesia…!!!!

Satu hal yang harus kita perhatikan oleh para da'i, ana berpendapat bahwa membid'ahkan sholawat badar di hadapan masyarakat yang dengan segala keterbatasan ilmu yang mereka miliki masih meyakini bahwa membacanya adalah suatu ibadah, merupakan sebuah perbuatan keras hati dan tidak cerdas dari seorang da'i.

 Sebab, seorang da'I harus berbicara kepada objek dakwahnya sesuai dengan pemahaman dan tingkat kadar keilmuan objek dakwahnya itu sendiri. Membid'ahkan hanya membuat masyarakat objek dakwah menjauhi kita. Jika masyarakat memusuhi dakwah akibat ketidak cerdasan da'inya, maka hal ini sangat disayangkan sekali. Bukankah untuk mengharamkan khamar yang menjadi minuman favorit para sahabat di awal islam Al-Qur'an membutuhkan tiga episode ayat yang diturunkan…….

Ingatlah wahai para penggerak dakwah…!!!!! menanamkan keislaman yang syumul (sempurna dan menyeluruh) di hati masyarkat adalah ibarat kita menanam sebuah pohon. Ketika pohonnya masih kecil, maka kita tidak boleh membebaninya dengan beban yang tidak sesuai dengan kadar kesanggupannya. Jika itu tetap kta lakukan, maka jangan salahkan siapa pun jika pohon tersebut mati sebelum tumbuh dengan baik. Wallahu A'alam

By 

Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano

Post a Comment for "Bagaimanakah Status Shalawat Badar ????"