Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits tentang Adzan

Derajat hadits azan subuh






Suatu ketika ana menerima pertanyaan melalui sms:
Bsml. Afw, mw nanya. Pas adzn awal, ktka imam mengucpkn "ashsholaatu khairum minan naum" yg mndengarkn hrus mnjwb apa ? Jzk
Yg biasanya adzan itu sktr jam 4an.
Afwn, mw Tanya sblmnya. Antm sndr kalo adzn subuh pk asholatu? Ato pk hayya 'ala sholah? Stau ana kalo adzn sbuh pk asholatu it dho'if. Asholatu it hny dgnakn pas adzn awal. Tp ana blm cek haditsny, shohih atau dhoif. Tlg skalian djelaskn lbh detail y. Jzk

Jumat, 19 April 2013/9 Jumadil Akhir 1434 H, Pkl.18.57


Bismillahirrahmanirrahim…………
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan kita seorang yang beriman, cinta kepada ilmu dan sunnah Rasulullah SAW, dan mengilhamkan keiqtiqomahan di jalan dakwah ini, semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.

Semoga Allah SWT merahmati antum dan antunna semua yang tetap meluangkan waktu untuk menambah ilmu dan wawasan keislaman, di tengah waktu dan aktivitas dakwah dan rumah tangga yang mungkin juga sangat sibuk.

Berkaitan dengan susunan lafaz adzan, mari kita simak hadits berikut:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِى مَحْذُورَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِى سُنَّةَ الأَذَانِ. قَالَ فَمَسَحَ مُقَدَّمَ رَأْسِى وَقَالَ « تَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ تَرْفَعُ بِهَا صَوْتَكَ ثُمَّ تَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ تَخْفِضُ بِهَا صَوْتَكَ ثُمَّ تَرْفَعُ صَوْتَكَ بِالشَّهَادَةِ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ فَإِنْ كَانَ صَلاَةَ الصُّبْحِ قُلْتَ الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ».

"Menceritakan kepada kami Musaddad, menceritakan kepada kami al-Harits bin `Ubaid, dari Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, (Kakeknya) berkata,"Saya berkata kepada Rasulullah SAW,"Ya Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku sunnah dalam adzan!". Maka beliau SAW mengusap bagian depan kepalaku dan bersabda,"Engkau ucapkan:

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ, اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ

Engkau keraskan suaramu ketika mengucapkannya, kemudian ucapkanlah:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
 أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ, أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ
حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Dan jika engkau adzan pada waktu shalat subuh, Ucapkanlah:

الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

Hadits ini Shahih. diriwayatkan oleh Abu Dawud, Imam Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan Ibnu Hibban. Ana juga sampaikan kepada antum/antunna semua bahwa ana menemukan sedikit kekeliruan yang dilakukan oleh sebagian ulama hadits Indonesia dalam menghukumi status hadits ini. Sehingga sebagian mereka ada yang menghukumi hadits ini sebagai hadits dha`if

Silahkan antum semua lihat uraian hasil telaah ana di bawah ini:
Berkaitan dengan para perawi hadits ini, para ulama hadits berkomentar:

Imam Abdul Haq berkata: Dengan sanad ini, hadits ini tidak dapat dijadikan hujjah/dalil.

Imam Ibnu al-Qattan berkata: Penyakit hadits ini belum jelas, hal ini karena Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah tidak diketahui ada yang meriwayatkan hadits darinya, selain al-Harits bin `Ubaid, sedang ia (al-Harits) juga seorang yang dha`if. 

Ibnu Ma`in dan Imam Ahmad berkata: ia (al-Harits bin `Ubaid) seorang yang Mudhtarib al-Hadits (melakukan periwayatan yang menyelisihi periwayatan ulama hadits yang lain).
Imam Abu Hatim berkata: Haditsnya (al-Harits bin `Ubaid) ditulis oleh para ahli hadits, akan tetapi tidak digunakan dalam berhujjah.

Ana katakan kepada antum/antunna semua bahwa dengan melihat komentar para ulama hadits di atas, sebagian ulama Indonesia kemudian ada yang langsung mengambil kesimpulan bahwa hadits ini dha`if, dan ana katakan bahwa inilah kekeliruan mereka yang ana maksud.
Mungkin ada yang bertanya, apa buktinya kalau para ulama yang mendha`ifkan hadits ini keliru dengan alasan di atas…??? 

Silahkan simak uraian ana berikut:

Berlawan dengan pendapat-pendapat di atas, Imam Bukhari dalam kitabnya Tarikh al-Kabir mengutip pendapat yang disampaikan oleh Ibnu Mahdi, yang berkata: al-Harits bin `Ubaid adalah salah seorang di antara syaikh kami, dan aku tidak pernah melihat darinya sesuatupun selain kebaikan.

Ana (Aswin Ahdir Bolano) katakan bahwa Ini pulalah yang menjadi alasan mengapa Imam Bukhari juga menyebutkan periwayatan al-Harits bin `Ubaid dalam kitabnya Shahih al-Bukhari, meskipun hanya sebagai tabi' (riwayat penguat dan bukan sebagai riwayat utama). Dalam hal ini, silahkan antum lihat dalam Kitab Shahih al-Bukhari, Kitab Fadha`il Al-Qur'an, bab Iqra' Al-Qur'an Ma Iftalafats 'Alaihi…

Berbeda sedikit dengan Imam al-Bukhari yang hanya menyebutkan periwayatan al-Harits bin `Ubaid sebagai riwayat tabi` (penguat) dalam kitab shahihnya, Imam Muslim justru menyebutkan dan meriwayatkan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh al-Harits bin `Ubaid dalam kitabnya Shahih Muslim (silahkan antum/antunna sempatkan diri untuk membuktikannya dengan menelaah kitab Shahih Muslim), dan ini disepakati oleh para ulama keshahihannya. Sebagai contoh silahkan antum semua lihat pada:

-Shahih Muslim, Kitab al-`Ilmi, bab An-Nahyi `An Ittiba` Mutasyabih Al-Qur'an.
-Shahih Muslim, Kitab al-Jannah wa Shifat Na`imuha,  bab Fi Shifat Khiyam al-Jannah.

Dengan demikian, ana katakan bahwa al-Harits bin `Ubaid adalah seorang yang periwayatannya shahih.

Rehat sejenak:
Ulasan ringkas ana di atas mungkin akan membuat pusing bagi antum/antunna yang belum terbiasa melihat bagaimana cara membedah hadits (Ingat…ini baru satu hadits dan satu perawi lho…!!!), karena memang sangat rumit urusannya, apalagi ketika berhadapan dengan perbedaan pendapat seperti di atas. Yang diperlukan dalam hal ini adalah konsentrasi, keluasan telaah dan kelengkapan referensi. Inilah juga yang menyebabkan 75 % mahasiswa Tafsir-Hadits UIN SGD Bandung lebih memilih Tafsir sebagai kajian skripsinya ketimbang hadits.

Sekilas Info:
Untuk memahami hal di atas, dibutuhkan salah satu bab dari ilmu hadits di ranah al-Jarh wa al-Ta`dil (ilmu tentang pujian dan celaan terhadap seorang perawi), yaitu tentang pengkategorian ulama menjadi tiga golongan, yaitu kelompok Mutasyaddid (keras dan ketat terhadap seorang perawi), kelompok Mutawasith (Moderat dalam syarat perawi), dan kelompok Mutasahil (Sangat mudah dalam syarat periwayat hadits). Tapi ana tidak bahas di kesempatan ini yah, karena tulisan ini nantinya akan sangat panjang jadinya jika dibahas juga.  

Lanjut lagi yuk…!!!

Selanjutnya, bagaimanakah dengan status 3 orang perawi terakhir dari hadits ini, yaitu Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah, dari ayahnya (Abdul Malik), dari kakeknya (Abu Mahdzurah)…???

Ana katakan kepada antum semua bahwa dalam ilmu ushul hadits, posisi sanad seperti ini disebut dengan sanad `Aly (sanad yang tinggi kualitasnya), sebab jumlah perawi yang terdapat di dalam periwayatannya hanyalah sedikit, terbatas, serta diwariskan dalam suatu keluarga. Meskipun para ulama mutasyaddid mengkritik kualitas personal rawinya, namun sebagian besar ahli hadits sepakat untuk menshahihkan sanad keluarga seperti ini. Dalam Shahih Muslim, sangat banyak ditemukan jalur periwayatan seperti ini.

Contoh lainnya jalur seperti ini, yaitu:
-Dari Amr bin Syu`aib, dari ayahnya, dari kakeknya.
-Dari Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya.
-Dari Thalhah bin Mashruf, dari ayahnya, dari kakeknya.

Dengan demikian hadits tentang adzan di atas adalah shahih.

Untuk jawaban terhadap lafaz adzan ash-Sholatu kahirum minan naum, ana belum temukan haditsnya, insya Allah jika sudah ditemukan, ana akan buat bahasan khusus tentang doa yang disunnahkan ketika mendengar adzan.

Semoga bermanfaat, dan ana mohon doa dari antum semua karena insya Allah hari Rabu, tanggal 24 April 2013/13 Jumadil Akhir 1434 H, ana akan menjalani sidang munaqasah, dengan skripsi di bidang hadits yang berjudul "Kualitas Hadits Doa dan Zikir Pagi Petang Dalam al-Ma'tsurat al-Shughra karya Hasan al-Banna". Semoga semuanya dilancarkan dan ilmu ana diberkahi, sehingga bermanfaat bagi kaum muslimin…amien

Bandung, Sabtu 20 April 2013/9 Jumadil Akhir 1434 H, Pkl.20.32 WIB

Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano
*Fb: Aswin Ahdir Bolano
*Twitter: @AswinAhdirBolan

Referensi:
Shahih al-Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu Dawud
Musnad Ahmad
Ma`rifah al-Sunan wa al-Atsar al-Baihaqi
Al-Mu`jam al-Kabir al-Thabrani
Shahih Ibnu Hibban
Muqaddimah Ibnu Sholah fi `Ulum al-Hadits
Al-Badr al-Munir Ibnu Mulaqin
Tarikh al-Kabir Imam al-Bukhari
(Semoga Allah merahmati mereka semua)


Post a Comment for "Hadits tentang Adzan"