Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kupas Tuntas Al-Ma'tsurat Al-Shughra (Bag.1 dari 3 tulisan)

bedah al-ma'tsurat


Telaah Terhadap Hadīts Doa-doa Dalam Al-Ma'tsurat
1. Doa ke-1 : Membaca Ta`awudz
Doa pertama yang dicantumkan oleh Hasan al-Banna dalam al-Ma'tsurat al-Shughra adalah bacaan ta`awudz dengan lafaz:
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari godaan syaitan yang terkutuk"
a. Hadits tentang Ta`awudz
Dalam takhrij yang penulis lakukan, hadits yang menyebutkan bacaan ta`awudz dengan lafaz di atas ditemukan dalam konteks:

1) Bacaan iftitah ketika shalat
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam bab Mā ra'ā al-'Istiftah, no.775;[1] Tirmidzi bab Mā yaqūl `inda iftitah al-shalah, no.242;[2] Imam Ahmad bab Musnad Abī Sa`īd al-Khudrī, no.11473;[3] Ibnu Abi Syaibah bab Fī al-Ta`awudz kaifa ħuwa qabla al-Qirā'ah, no.2457;[4]
2) Dibaca untuk menghilangkan kemarahan
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam bab al-Hadzr Min Al-Ghadhab, no.6115;[5] Muslim bab Fadhl Man Yamlik Nafsahu `Inda al-Ghadab, no.2610;[6] Abu Dawud bab Mā Yaqūl `Inda al-Ghadab, no.4780;[7] Tirmidzi bab Mā Yaqūl `Inda al-Ghadab, no.3452;[8]
3) Dibaca untuk melindungkan diri dari bisikan syaitan yang mengajak kepada keburukan
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi bab Surah Al-Baqarah, no.2988;[9]
4) Dibaca ketika pagi dan sore hari
Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
2922- حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَنَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَالزُّبَيْرِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ طَهْمَانَ أَبُو العَلاَءِ الخَفَّافُ قَالَ:حَدَّثَنِي نَافِعُ بْنُ أَبِي نَافِعٍ ، عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُثَلاَثَ مَرَّاتٍ : أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَقَرَأَ ثَلاَثَ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الحَشْرِ وَكَّلَ اللَّهُ بِهِ سَبْعِينَ أَلْفَ مَلَكٍ يُصَلُّونَ عَلَيْهِ حَتَّى يُمْسِيَ ، وَإِنْ مَاتَ فِي ذَلِكَ اليَوْمِ مَاتَ شَهِيدًا ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي كَانَ بِتِلْكَ الْمَنْزِلَةِ.
"Menceritakan kepada kami Muhammad bin Ghailan, ia berkata, menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, ia berkata, menceritakan kepada kami Khalid bin Thahman Abu Al-`Ala'I Al-Khaffaf, ia berkata, menceritakan kepadaku Nafi`bin Abi Nafi`, dari Ma`qil bin Yasar, dari Nabi SAW bersabda,"Barangsiapa yang pada waktu subuh membaca "A`ūdzu billahis-Samī`I al-`alīm min al-Syaithāni al-Rajīm," tiga kali, dan membaca tiga ayat pada akhir surat Al-Hasyr, maka Allah akan mengirim 70.000 malaikat yang akan terus mendoakannya hingga waktu sore. Dan jika meninggal pada hari itu, maka kematiannya dianggap syahid. Dan barangsiapa yang membacanya ketika sore hari, maka hal itu akan menjadi manzilah baginya."
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam bab yang tidak diberi judul, no.2988;[10] Imam Ahmad bab Hadīts Ma`qīl bin Yasār, no.20306;[11] al-Darimi bab Fī al-Fadhl Ha Mim al-Dukhān, no.3425;[12] al-Baihaqi dalam Syu`ab al-īmān, bab Takhshīs Suwarin minħā bi al-Dzikr, no.2272.[13]
b. Analisis Kualitas Sanad
Dari keempat hadīts mengenai dibacakannya ta`awūdz  di atas, yang akan dilakukan analisis terhadap sanadnya hanyalah hadīts yang berkaitan dengan judul penelitian penulis, yaitu hadīts tentang dibacakannya ta`awūdz pada waktu pagi dan sore hari.
Imam Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan gharīb, dan kami tidak mengetahuinya kecuali melalui jalur ini.[14] al-Hafiz Ibnu Hajar berkata bahwa semua perawinya tsiqah, kecuali Khalid bin Thahman atau Abu al-`Ala'I al-Khaffaf.[15]
Imam Abu Hatim al-Rāzī mengatakan bahwa Yahya bin Ma'in men-dha`if-kannya. Akan tetapi Abu Hatim sendiri berpendapat bahwa beliau adalah seorang yang terbebas dari keburukan, dan derajatnya adalah shaduq/jujur.[16]
Di-dha`if-kan pula oleh al-Uqaili,[17] Ibnu al-Jauzī menyebutkan dari Yahya bin Ma`in bahwa hafalan beliau mengalami kekacauan dan ketercampuran sebelum beliau meninggal, padahal sebelumnya beliau adalah seorang yang tsiqah.[18]
Dengan melihat uraian dari para ulama di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits ini berderajat dha`if karena Khalid bin Thahman atau Abu al-`Ala'I al-Khaffaf , serta karena tidak ditemukan pula hadits lain yang menjadi penguatnya.
Akan tetapi, penulis melihat bahwa keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini bukanlah hal yang menjadi alasan Syaikh Hasan al-Banna dalam mencantumkan ta`awwudz dalam al-Ma'tsurat al-Shughra. Akan tetapi alasan sebenarnya adalah sebagai doa perlindungan sekaligus pembuka dalam membaca surat-surat dan ayat-ayat al-Qur'an yang disebutkan setelah ta`awwudz. Dalam konteks ini, maka ta`awwudz dalam al-Ma'tsurat al-Shughra adalah maqbul dan berasal dari riwayat-riwayat yang kuat, sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (98)
"Jika engkau akan membaca Al-Qur'an, maka berlindunglah kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk."[19]

c. Analisis Kualitas Matan
Dari segi matan, para ulama hadits tidak ditemukan ada yang memberikan komentar terhadap matannya.  Selain itu, tidak ditemukan juga hal-hal yang dapat merusak keshahihan matan pada hadits ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa matan hadits ini shahih.

2. Doa ke-2 : Membaca Surat al-Fatihah
Doa selanjutnya yang dianjurkan untuk dibaca pada waktu pagi dan petang dalam al-Ma'tsurat al-Shughra yaitu surat Al-Fatihah.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَاالصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِعَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1). Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2). Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (3). Yang menguasai di Hari Pembalasan (4). Hanya kepada Engkaulahkami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan (5). Tunjukilah kami jalan yang lurus (6). (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7)."

a. Hadits tentang Al-Fatihah
Dalam hadits-hadits yang membahas mengenai surat Al-Fatihah, terdapat beberapa konteks yang muncul, yaitu:
1) Al-Fatihah sebagai surat pembuka dalam setiap shalat wajib atau pun sunat; Diriwayatkan oleh Bukhari bab Mā Yaqūlu Ba`da at-Takbīr, no.743;[20] Muslim bab Wujūbu Qirā'ati al-Fātihah Fī Kulli Raka'atin, no.395;[21] Abu Dawud bab al-Jahru bi Bismillah, no.782;[22] Tirmidzi bab Wa Min Sūrat Fātihah al-Kitāb, no.2953;[23] Nasa'i bab al-Badā'atu bi Fātihati al-Kitāb, no.903;[24] Ibnu Majah bab Iftitāhu al-Qirā'ata, no.812;[25] Ahmad bab Musnad Abī Hurairah, no.9932.[26]
2) Sebagai surat yang paling agung dalam Al-Qur'an;
Diriwayatkan oleh Bukhari bab Mā Jā'a Fī Fātihah al-Kitāb, no.4474;[27] Abu Dawud bab Fātihah al-Kitāb, no.1458;[28] Tirmidzi bab Mā Jā'a Fī Fātihah al-Kitāb, no.2875;[29] Nasa'i bab Ta'wīlu Qaulullah `Azza wa Jalla, no.913;[30]
3) Al-Fatihah sebagai bacaan ruqyah;
Diriwayatkan oleh Bukhari bab Mā Yu`thā Fī al-Ruqyah, no.2276;[31] Abu Dawud bab Fī Kasbi al-'Athibbā, no.3418;[32] Tirmidzi bab Mā Jā'a Fī Akhdzi al-Ajri `Alā al-Ta`wīdz, no.2063;[33] Ibnu Majah bab Amru Ar-Rāqī, no.2156;[34]
4) Al-Fatihah sebagai bacaan pada waktu pagi dan sore;
Dalam hal ini tidak ditemukan satu hadits pun yang menganjurkan secara khusus untuk membaca surat al-Fatihah pada waktu pagi dan petang, sebagaimana yang dianjurkan oleh Hasan al-Banna dalam al-Ma'tsurat al-Shughra. Penulis berpendapat bahwa pencantuman surat al-Fatihah sebagai bacaan dalam dzikir pagi petang al-Ma'tsurat al-Sugra dilatarbelakangi oleh pertimbangan Hasan al-Banna terhadap keutamaan surat al-Fatihah sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits-hadits yang berkaitan dengan keutamaan surat al-Fatihah sendiri.

3. Doa ke-3 : Membaca 4 Ayat Awal Surat Al-Baqarah
Doa yang ketiga yang dicantumkan dalam al-Ma'tsurat al-Shughra adalah membaca surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 4.
بسم الله الرحمن الرحيم
الم (1) ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ(3)وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِهُمْ يُوقِنُونَ (4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)
"Alif laam miin (1). Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (2). (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka (3). dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4). Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (5)."
a. Hadits tentang Surat Al-Baqarah Ayat 1 sampai 4
Hadits yang menyebutkan mengenai anjuran dibacakannya surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 4 hanya ditemukan dalam konteks pembahasan mengenai doa pagi dan petang, tidak ditemukan adanya konteks lain selainnya. Salah hadits yang menyebutkan mengenai hal ini adalah sebagai berikut:
8592 - حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بن مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَاأَبُو الْعُمَيْسِ، قَالَ: سَمِعْتُ الشَّعْبِيَّ، يَقُولُ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ:"مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي بَيْتٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةِ حَتَّى يُصْبِحَ، أَرْبَعَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِهَا، وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ، وَآيَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَخَوَاتِيمَهُ".
"Menceritakan kepada kami Fudhail bin Muhammad, menceritakan kepada Abu Nu'aim, menceritakan kepada kami Abu Al-'Umais, ia berkata, Aku mendengar Asy-Sya'bi berkata, bahwa Abdullah berkata,"Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surat Al-Baqarah di dalam sebuah rumah (pada malam hari), maka rumah tersebut tidak akan dimasuki oleh syaitan pada malam tersebut hingga waktu subuh. (Sepuluh ayat tersebut ialah) empat ayat di awalnya, ayat kursi dan dua ayat sesudahnya, dan penutupnya (dua ayat terakhir surat Al-Baqarah)"[35].

b. Analisis Kualitas Sanad
Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir-nya, no.8673;[36] Imam Darimi bab Fadhl Awwal Sūrat al-Baqarah, no.3425;[37] Baihaqi dalam  kitab Syu'abul Iman bab Takhshīshu Khawātimu Sūrata Al-Baqarah, no.2188[38].
Imam al-Hafiz al-Haitsami mengatakan bahwa rijal-rijal hadis yang ada dalam jalur periwayatan al-Thabrani adalah rijal yang shahih, hanya saja al-Sya'bi tidak pernah mendengarkan hadits secara langsung dari Abdullah bin Mas'ud.[39]
Hadits ini didiamkan oleh para ulama hadits, tidak ada yang mengeluarkan pernyataan mendha'ifkannya, dan tidak ada pula yang menshahihkannya. Semuanya hanya menyebutkan terputusnya riwayat antara al-Sya`bi dan Abdullah bin Mas`ūd. Dengan demikian, secara kaidah maka hadits ini dhaif.
4. Doa ke-4 : Membaca Ayat Kursi dan Dua Ayat Sesudahnya
Doa keempat yang dicantumkan oleh Imam Hasan Al-Banna dalam Al-Ma'tsurat Al-Shughra adalah ayat kursi dan dua ayat sesudahnya.
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُمَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255) لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (256) اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (257)
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi (Kekuasaan) Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Agung (255). Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (256). Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (257)".
a. Hadits Tentang Ayat Kursi dan Dua Ayat Sesudahnya
1) Ayat Kursi sebagai Ayat Al-Qur'an yang paling Agung;
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bab Fadhl Sūrah al-Kahfi, no.258;[40] Abu Dawud no.4003;[41] Darimi bab Fadhla Awwal Sūrah al-Baqarah, no.3423;[42]
2) Ayat kursi sebagai bacaan untuk perlindungan sebelum tidur;
Diriwayatkan oleh Bukhari bab Idzā Wakkala Rajulun, no.2311;[43] Nasa'i Sunan al-Kubrā bab Mā Yakab al-`Ifrīt, no.10795; Ibnu Khuzaimah bab al-Rukhshah Fī Ta'khīr al-'Imām, no.2424.[44] Baihaqi Kitab Syu`ab al-Īmān bab Dzakara Sūrata al-Baqarah, no.2170;[45]
3) Ayat kursi sebagai bacaan untuk perlindungan dari godaan syaitan pada waktu pagi dan sore;
Diriwayatkan oleh Nasa'i Kitab Sunan al-Kubra bab Dzakara Mā Yajīru min al-Jin, no.10797;[46] Darimi bab Fadhlu Awwalu Sūrah al-Baqarah, no.3381;[47] Thabrani Kitab al-Mu'jam al-Kabīr, no.541;[48] al-Hakim bab Dzakara Manākib Abī Ayūb Al-Anshārī, no.5932;[49] Imam al-Syāsyī  bab Muhammad bin Ubay bin Ka`ab, no.1449.[50]
4) Ayat Kursi dan Dua Ayat Sesudahnya sebagai bacaan ketika pagi dan sore;
8592 - حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بن مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْعُمَيْسِ، قَالَ: سَمِعْتُ الشَّعْبِيَّ، يَقُولُ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ:"مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي بَيْتٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةِ حَتَّى يُصْبِحَ، أَرْبَعَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِهَا، وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ، وَآيَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَخَوَاتِيمَهُ".
"Menceritakan kepada kami Fudhail bin Muhammad, menceritakan kepada Abu Nu'aim, menceritakan kepada kami Abu Al-'Umais, ia berkata, Aku mendengar Asy-Sya'bi berkata, bahwa Abdullah berkata,"Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surat Al-Baqarah di dalam sebuah rumah (pada malam hari), maka rumah tersebut tidak akan dimasuki oleh syaitan pada malam tersebut hingga waktu subuh. (Sepuluh ayat tersebut ialah) empat ayat di awalnya, ayat kursi dan dua ayat sesudahnya, dan penutupnya (dua ayat terakhir surat Al-Baqarah)".
b. Analisis Kualitas Sanad
Hadits yang akan penulis uraikan analisisnya yaitu hadits yang disebutkan di atas, yang berkaitan dengan ayat kursi dan dua ayat sesudahnya sebagai bacaan ketika pagi dan sore hari.
Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam al-Thabrani dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir-nya, no.8592;[51] Imam Darimi bab Fadhlu Awwalu Sūrata al-Baqarah, no.3382;[52] al-Baihaqi dalam  kitab Syu'abul Iman bab Takhshīshu Khawātimu Sūrata al-Baqarah, no.2188.[53]
Imam al-Hafiz al-Haitsami mengatakan bahwa rijal-rijal hadis yang ada dalam jalur periwayatan At-Tabrani adalah rijal yang shahih, hanya saja Asy-Sya'bi tidak pernah mendengarkan hadits secara langsung dari Abdullah bin Mas'ud.[54]

5. Doa ke-5 : Membaca Surat Al-Baqarah Ayat 284-286
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (284) آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْقَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)
"Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (284). Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali (285). Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (286)."

a. Hadits tentang Surat Al-Baqarah ayat 284-286
1. Sebagai ayat yang berasal dari bawah Arsy, dan diberikan khusus kepada Nabi SAW;
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bab Hadītsu Hudzaifah ibnu al-Yamān, no.23251;[55] al-Hakim bab Akhbār Fī Fadhl Sūrah al-Baqarah, no.2067;[56] al-Thabrani Kitab Mu`jam al-Ausath, no.7493;[57] al-Baihaqi Kitab Syu`ab al-Īmān bab Takhshīshu Āyata al-Kursī bi al-Dzikri, no.2178.[58]
2. Bersama surat Al-Fatihah disebut sebagai dua cahaya yang diturunkan melalui pintu langit yang khusus;
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bab Fadhlu Al-Fātihah wa Khawātimu Sūrata al-Baqarah, no.806;[59] al-Nasa'I bab Fadhlu Fātihata al-Kitāb, no.912;[60] al-Hakim bab Akhbār Fī Fadhli Al-Qur'ān, no.2052;[61] al-Baihaqi Kitab Syu`ab al-Īmān bab Dzakara Fātihata Al-Kitāb, no.2145;[62]
3. Sebagai bacaan pada waktu pagi dan sore hari;
Telah berlalu takhrijnya pada pembahasan surat Al-Baqarah ayat 1-4 dan pembahasan ayat kursi dengan dua ayat sesudahnya, yaitu dengan terputusnya sanad antara al-Sya`bi dengan Ibnu Mas`ud.

6 . Doa ke-6 : Membaca Surat Al-Ikhlash 3 kali
بسم الله الرحمن الرحيم
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ.  اللَّهُ الصَّمَدُ.  لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْيَكُنْ لَهُكُفُوًا أَحَدٌ
" Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (1). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3)."

a. Hadits tentang Surat Al-Ikhlash
1. Surat Al-Ikhlash setara dengan sepertiga Al-Qur'an;
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari bab Fadhlu Qul ħuwa Allahu Ahad, no.5013.[63] Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dalam Bab Fi al-Surah al-Shamad, no.1461.[64] al-Nasa'i dalam Bab al-Fadhlu fi Qira'ati Qul Huwallahu Ahad, no.995.[65] Imam Ahmad dalam Bab Musnad Abi Sa'id al-Khudri, no.11306.[66]
2. Bersama surat al-Falaq dan an-Nas dijadikan sebagai bacaan untuk perlidungan sebelum tidur;
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari bab Fadhl al-Mu`awwidzāt, no.5017.[67] Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dalam Bab Ma Yaqulu 'Inda An-Naum, no.5058;[68] Tirmidzi dalam Bab Ma Ja'a fi Man Yaqra' Al-Qur'an 'Inda al-Naum, no.3402.[69] Ibnu Majah dalam Bab Ma Yad'u bihi Idza Awa Ila Firasyihi, no.3875.[70]
3. Sebagai surat yang menyebabkan kecintaan Allah SWT jika sering dibaca, khususnya di dalam shalat;
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bab Mā Jā'a Fī Du`ā'i An-Nabī SAW, no.7375;[71] Muslim bab Fadhlu Qirā'atu Qul Ħuwallahu Ahad, no.813;[72]
4. Diwajibkan surga bagi yang membacanya;
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi bab Mā Jā'a Fī Sūrati al-Ikhlash, no.  no.2897;[73] an-Nasa'i bab al-Fadhlu Fī Sūrati Qul Ħuwallahu Ahad, no.994;[74] Imam Ahmad bab Musnad Abī Hurairah, no.8011;[75]
5. Bersama surat Al-Falaq dan An-Nas, dianjurkan untuk dibaca tiga kali ketika pagi dan sore hari;
5084 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُصَفَّى حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى فُدَيْكٍ قَالَأَخْبَرَنِى ابْنُ أَبِى ذِئْبٍ عَنْ أَبِى أَسِيدٍ الْبَرَّادِ عَنْ مُعَاذِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خُبَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ.
"Menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mushaffa, menceritakan kepada kami Ibnu Abi Fudaik, ia berkata, menceritakan kepadaku Ibnu Abi Dzi'bin, dari Abi Asīd Al-Barrad, dari Mu`adz bin Abdillah bin Khubaib, dari ayahnya. Bahwa ayahnya berkata, suatu ketika kami keluar bersama Rasulullah SAW pada malam hari yang pada saat itu terjadi hujan dan gelap yang sangat pekat. Kami mendatangi Rasulullah SAW untuk agar beliau shalat bersama kami, ketika kami datang, beliau bersabda,"Apakah kalian sudah shalat ? Maka sebelum aku sempat berkata-kata, beliau bersabda,"Katakanlah!". Maka ketika aku belum berkata apapun, beliau bersabda lagi,"Katakanlah!". Aku pun belum sempat berkata-kata, hingga beliau bersabda lagi,"Katakanlah!". Maka aku berkata,"Ya Rasulullah! Apa yang harus aku katakan ? beliau bersabda,"Qul Ħuwallahu Ahad dan al-mu`awwidzatain ketika sore dan ketika subuh tiga kali, niscaya akan menjagamu dari segala sesuatu."

b. Analisis Kualitas Sanad
Hadits yang akan di analisis adalah hadits yang disebutkan pada point kelima di atas.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.5084, dihasankan oleh Al-Albani [76]; Tirmidzi dalam sebuah bab, no.3575, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih gharīb melalui jalur ini[77]; Nasa'i bab Kitāb al-Isti`ādzah, no.5428 dihasankan pula oleh Al-Albani;[78] Imam Ahmad bab Hadītsu Abdullah bin Khubaib, no.22664.[79]
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembacaan surat al-Ikhlas, surat al-Falaq dan surat an-Nas masing-masing tiga kali pada waktu pagi dan sore hari merupakan riwayat yang maqbul, serta dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dicantumkan oleh Syaikh Hasan al-Banna dalam al-Ma'tsurat al-Shughra.

7. Doa ke-7 : Membaca Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas
بسم الله الرحمن الرحيم
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّغَاسِقٍ إِذَاوَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْشَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh (1). dari kejahatan makhluk-Nya (2). dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita (3) dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul (4). dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki (5)."

بسم الله الرحمن الرحيم
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3)مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِيصُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
"Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia (1). Raja manusia (2). Sembahan manusia (3). Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi (4). yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5). dari (golongan) jin dan manusia (6)."

a. Hadits tentang Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas
1. Bersama surat Al-Ikhlash dijadikan sebagai doa perlindungan sebelum tidur;
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari bab Fadhlu al-Mu`awwidzāt,  no.5017.[80] Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dalam Bab Ma Yaqulu 'Inda An-Naum, no.5056;[81] Tirmidzi dalam Bab Ma Ja'a fi Man Yaqra'u Al-Qur'an 'Inda al-Naum, no.3402.[82] Ibnu Majah dalam bab Ma Yad'u bihi Idza Awa Ila Firasyihi, no.3875.[83] Imam Ahmad dalam Musnad Abdullah ibn `Abbas, no.24853.[84]
2. Bersama surat Al-Ikhlas dijadikan bacaan wirid setiap pagi dan sore hari masing-masing 3 kali;
Diriwayatkan oleh Abu Dawud bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.5084, dihasankan oleh al-Albani [85]; Tirmidzi dalam sebuah bab, no.3575, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih gharīb melalui jalur ini[86]; Nasa'i bab Kitāb al-Isti`ādzah, no.5428 dihasankan pula oleh al-Albani;[87] Imam Ahmad bab Hadītsu Abdullah bin Khubaib, no.22664.[88]
Dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hadits shahih, dengan adanya jalur periwayatan yang saling menguatkan antara yang satu dengan lainnya.

8. Doa ke-8 : Membaca Ashbahnā wa Asbaha Al-Mulku 3 kali
Doa ini terbagi ke dalam dua redaksi yang berbeda awalannya, sesuai dengan waktu membacanya, yaitu pagi atau sore. Pada waktu pagi, dianjurkan membaca :
أصبحنا وأصبح الملك لله والحمد لله لا شريك له لا إله إلاَّ الله وإليه النشور
Sementara pada waktu sore hari dianjurkan membaca:
أمسينا وأمسى الملك والحمد كله لله لا شريك له لا إله إلاَّ هو وإليه المصير
Masing-masing dari doa tersebut dianjurkan dibaca tiga kali dalam al-ma'tsurat, baik pada waktu pagi ataupun sore hari.
a. Hadits tentang doa Ashbahnā wa Asbaha Al-Mulku
Penyebutan mengenai doa ini hanya ditemukan pada bahasan mengenai doa pagi dan petang, tidak ditemukan adanya konteks lain selainnya.
Hadits yang meriwayatkan doa di atas adalah sebagai berikut:
8685- حَدَّثنا خالد ، قَال : حَدَّثنا أَبُو عَوَانة ، عَن عُمَر بن أبي سَلَمَة ، عَن أَبِيه ، عَن أبي هُرَيرة ، عَن النَّبِيّ صَلَّى الله عَلَيهوَسَلَّم ؛ أَنَّه كان إذا اصبح قال : أصبحنا وأصبح الملك لله والحمد لله لا شريك له لا إله إلاَّ الله وإليه النشور ، وإذا أمسى قال : أمسينا وأمسى الملك والحمد كله لله لا شريك له لا إله إلاَّ هو وإليه المصير.
"Menceritakan kepada kami Khālid, ia berkata, menceritakan kepada kami Abu `Awanah, dari `Umar bin Abi Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, bahwa ketika beliau berada pada waktu subuh, beliau membaca,"Ashbahnā wa Ashbaha Al-Mulku lillah wa Alhamdulillāh lā Syarīka lahū lā ilāha illa ħuwa wa ilaihi An-nusyūr. Dan apabila berada pada waktu sore hari, beliau membaca," Amsainā wa Amsā  Al-Mulku lillah wa Alhamdulillāh lā Syarīka lahū lā ilāha illallah wa ilaihi al-mashīr.[89]

b. Analisis Kualitas Sanad
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bazzar dalam Musnadnya bab no.8685,[90] Al-Hafizh Al-Haitsami berkata dalam Majma` Al-Zawā'id wa Manba` Al-Fawā'id sanadnya jayid.[91] Diriwayatkan pula oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab Al-Adab Al-Mufrad, no.604, didha`ifkan oleh Al-Albani.[92]
Dalam jalur periwayatan di atas para ulama hadits mempermasalahkan `Umar bin Abi salamah. Ibnu Abi Hātim meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Syu`bah mendha`ifkan `Umar bin Abi Salamah.[93] Imam Ahmad menyatakan bahwa `Umar bin Abi Salamah insya Allah Shalih.[94] Ibnu Al-Jauzī meriwayatkan bahwa Imam Al-Rāzī menyatakan `Umar bin Abi Salamah tidak dapat digunakan haditsnya dalam berhujjah.[95] Imam an-Nasa'I menyatakan bahwa ia tidak kuat haditsnya (laitsa bi al-Qawī).[96]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan bahwa Yahya bin Ma`īn menyatakan `Umar bin Abi Salamah tidak mengapa haditsnya (Laitsa bihī ba'sa). Akan tetapi dalam riwayat yang lain Yahya bin Ma`īn mendha`īfkannya. Abu Hatim mengatakan,"Menurutku `Umar bin Abi Salamah sebenarnya adalah shalih dan jujur, akan tetapi itu bukan berarti aku menganggap haditsnya kuat, para ulama menulis hadits darinya, akan tetapi mereka tidak berhujjah dengannya, karena haditsnya menyelisihi periwayatan ulama-ulama lainnya."[97]
Melihat uraian dari para ulama di atas, maka hadits ini dengan susunan sanad dan matan seperti ini berderajat dha`if.

9. Doa ke-9 : Membaca Ashbahnā `Alā Fithrati Al- Islām 3 kali
Doa kesembilan dalam Al-Ma'tsurat adalah doa berikut:
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ، وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ، وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا مُسْلِمًا، وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Kami terjaga (di pagi hari) dalam fitrah islam, dan kalimat ikhlash dan dalam agama nabi kami Muhammad SAW, dan dalam millah (ajaran) bapak kami Ibrahim yang hanif (lurus) sedang dia bukan seorang yang musyrik."

a. Hadits tentang doa Ashbahnā `Alā Fithrati Al- Islām 3 kali
Dalam hasil penelusuran yang penulis lakukan, doa ini hanya muncul pada pembahasan mengenai doa yang dilakukan pada waktu pagi dan sore hari, serta tidak ditemukan adanya konteks lain selain hal tersebut. Adapun hadits yang menyebutkan doa ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
15759.حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سَلَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللهِبْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ، وَإِذَا أَمْسَى: " أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ، وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ، وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا مُسْلِمًا، وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ.
"Menceritakan kepada kami Wakī`, dari Sufyān, dari Salamah, dari Abdillah bin Abdirrahman bin Abzā, dari ayahnya, bahwa Nabi SAW jika berada ada waku pagi atau pun sore, maka beliau membaca,"Ashbahnā `Alā Fithrati Al-Islām wa `Alā Kalimati Al-Ikhlāsh, wa `Alā Dīni Nabiyinā Muhammadin SAW, wa `Ala Millati Abīnā Ibrāhīma Hanīfan wa Mā Kāna mina Al-Musyrikīna."[98]

b. Analisis Kualitas Sanad
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bab Musnad Abdurahman bin Abzā Al-Khazā`ī, no.15760;[99] al-Darimi bab Mā Yaqūl Idzā Asbaha, no.2730;[100] an-Nasā'i bab Mā Kāna An-Nabiyu SAW Yaqūlu Idzā Asbaha, no.9743;[101] al-Bazzār bab Musnad Abdullah bin Mas`ūd, no.1911;[102] Ibnu Abi Syaibah bab Fi al-Rajul Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.26540.[103]
Al-Hafiz al-Haitsami berkata, hadits ini diriwayatkan melalui jalur Imam Ahmad dan At-Thabrani, dan keduanya menggunakan perawi-perawi yang disebutkan dalam al-Shahih.[104] Berdasarkan pernyataan Al-Hafiz Al-Haitsami ini, maka status sanad hadits ini adalah shahih.

c. Analisis Kualitas Matan
Matan hadits ini menurut pengamatan penulis adalah shahih, Karena tidak ditemukan hal-hal yang dapat merusak dan menyimpang di dalam matannya, baik dari segi lafaz/ teks matan (mabnā Al-Matn), ataupun isi/kandungan matan (ma`nā al-Matn).
 
10. Doa ke-10 : Membaca Allaħumma Innī Ashbahtu 3 kali
Doa kesepuluh dalam Al-Ma'tsurat Al-Sughra adalah sebagai berikut:
اللهم أصبحت منك فى نعمة و عافية و ستر فأتم نعمتك على و عافيتك و سترك فى الدنيا و الآخرة.
"Ya Allah, aku terjaga oleh-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan keterjagaan (atas rahasian dosa-doasaku), maka sempurnakanlah bagiku kenikmatan dari-Mu, kesehatan dari-Mu, dan penjagaan-Mu (atas rahasia dosa-dosaku), baik di dunia atau pun di akhirat."
a. Hadits tentang Membaca Allaħumma Innī Ashbahtu 3 kali
Hadits yang meriwayatkan doa di atas adalah sebagai berikut:
55. حدثني عبيد الله بن شبيب بن عبد الملك عن يزيد ابن سنان حدثنا عمرو بن الحصين حدثنا إبراهيم بن عبد الملك عن قتادة عن سعيد بن أبي الحسن عن ابن عباس رضي الله عنهقال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من قال إذا أصبح ( اللهم إني أصبحت منك في نعمة وعافية وستر فأتمم علي نعمتك وعافيتك وسترك في الدنيا والآخرة ) ثلاث مرات إذا أصبح وإذا أمسى كان حقا على الله عزوجل أن يتم عليه نعمته.

"Menceritakan kepada kepadaku `Ubaidullah bin Syubaib bin Abdul Malik, dari Yazid bin Sinan, menceritakan kepada kami `Amru bin Al-Husain, menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abdul Malik, dari Qatadah, dari Sa`id bin Abi Al-Hasan, dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,"Barangsiapa yang ketika pagi berkata,"Ya Allah, aku terjaga oleh-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan keterjagaan (atas rahasian dosa-doasaku), maka sempurnakanlah bagiku kenikmatan dari-Mu, kesehatan dari-Mu, dan penjagaan-Mu (atas rahasia dosa-dosaku), baik di dunia atau pun di akhirat." tiga kali pada waktu pagi dan sore hari, maka sungguh Allah Azza wa Jalla akan menyempurnakan nikmat-Nya pada orang tersebut.[105]

b. Analisis kualitas sanad
Diriwayatkan oleh Ibnu Sinni bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.55.[106] Selain itu, Imam Ibnu Sinni hanya bersendiri dalam meriwayatkan hadits ini.
Dalam sanad hadits ini terdapat `Amr bin Al-Husain, Imam al-Daruquthni berkata ia adalah Matruk (ditinggalkan haditsnya).[107] Disebutkan pula oleh al-Dzahabi Mīzānu al-I`tidāl Fī Naqdi al-Rijāl.[108] Dengan demikian, hadits ini dha`if.
c. Analisis kualitas matan
Berdasarkan tinjauan matan, hadits ini tidak memiliki masalah, baik dari segi kandungan maupun lafaznya. Ke-dhai`f-annya hanya disebabkan oleh perawinya.


[1]Sulaimān bin al-Asy`ats al-Azdī As-Sijistānī (selanjutnya disebut Abu Dāwud), Sunan Abī Dāwud, Dār ar-Risālah al-`Ālimīyah, Beirut, 2009/1430 H, Juz 2,  hlm. 82.
[2] Muhammad bin Isa al-Tirmidzi (selanjutnya disebut Tirmidzī), al-Jāmi` al-Kabīr, Juz 1, cet. Ke-1,  Dār al-Gharbi al-Islām, Beirut, 1996,  hlm. 282.
[3] Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (selanjutnya disebut Ahmad), Musnad Ahmad bin Hanbal, Muassasah al-Risalah, Libanon, 2001, hlm. 51 (Maktabah Syamilah Software versi 3.28, tanpa keterangan penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit. Selanjutnya disebut Syamilah)
[4] Abdullah bin Muhammad bin Abu Syaibah (selanjutnya disebut Ibnu Abu Syaibah), al-Mushannaf fi Al-Hadits wa al-'Atsar, Maktabah al-Rasyd, Riyadh, 1409 H, , hlm.   (Syamilah)
[5] Muhammad bin Ismail al-Bukhāri (selanjutnya disebut Bukhāri), al-Jāmī` al-Shahīh, al-Mathba`atu al-Salafiyah, Kairo, tt, Juz 4, hlm. 112.
[6] Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjāj al-Qusyairī (selanjutnya disebut Muslim), Shahih Muslim. Cetakan Pertama, Dār al-Kutub al-`Ilmiyah, Beirut, 1991/1412 H, Juz 4, hlm.2015
[7] Abu Dāwud, op.cit., Juz 7, hlm.160.
[8] Tirmidzī, op.cit., Juz 5, hlm.447.
[9] Tirmidzī, op.cit., Juz 5, hlm.94.
[10] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm.94
[11] Ahmad,  op.cit., hlm.241
[12] Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Al-Fadhl bin Ibrahim al-Dārimī (selanjutnya disebut Dārimī), Sunan Ad-Dārimī, Dār al-Mughnī Lī An-Nasy wa At-Tauzī`, Riyadh, 1420 H, Juz 4, hlm. 2129.
[13] Ahmad bin al-Husain bin `Ali bin Mūsā al-Baihaqī (selanjutnya disebut Baihaqī), Syu'abu Al-Iman, Maktabah Ar-Rasyd, Riyadh, 2003, hlm. 121 (Maktabah Syamilah versi 2.38).
[14] Tirmidzi, op.cit. no.2922
[15] Muhammad bin `Ali bin Hajar al-Asqalani, Raudhatu al-Muhadditsīn, Markaz Nūru al-'Islām, Iskandariyah, tt. (Syamilah).
[16] Abdurrahman bin Abi Hatim al-Rāzī (selanjutnya disebut Ibnu Abi Hatim), al-Jarh wa al-Ta`dīl, Cet. ke-1, Dār al-'Ihya' al-Turāts, Beirut, 1952, Jilid 3, hlm.337 (Syamilah).
[17] Muhammad bin `Amru bin Musa al-`Uqailī (selanjutnya disebut `Uqailī), Al-Dhu`afā, Cetakan ke-1, Dar al-Maktabah al-`Ilmiyah, Beirut, 1984,   Jilid 2, hlm.11 (Syamilah ).
[18] Abdurrahman bin `Ali bin Muhammad Ibnu al-Jauzi (selanjutnya disebut Ibnu al-Jauzi), al-Dhu`afā' wa al-Matrūkīn, Dar Al-Kutub Al-`Ilmiyah, Beirut, 1404 H, Jilid1, hlm.247 (Syamilah).

[19] Surat Al-Nahl 16:98

[20] Bukhāri, op.cit. Juz 1, hlm.242
[21] Muslim, op.cit. Juz 1, hlm.296
[22] Abū Dāwud, op.cit., Juz 2, hlm. 87. 
[23] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm. 67.
[24] Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu`aib bin `Ali Al-Nasa'I (selanjutnya disebut Nasa'i), Sunan Al-Nasa'I. Baitu al-Afkār al-Dauliyah, Riyadh, tt., hlm. 113.
[25] Muhammad bin Yāzīd al-Qazwainī bin Mājah,, Sunan Ibnu Mājah, Dār Ihyā' al-`Arabī, tt., Juz 1, hlm. 267.
[26] Ahmad, op.cit. hlm. 25.
[27] Bukhāri, op.cit., Juz 3, hlm. 189.
[28]Abū Dāwud, op.ci.t, Juz 2, hlm. 587.
[29] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm. 5.
[30] Nasa'I, op.cit., hlm. 115.
[31] Bukhāri, op.cit., Juz 2, hlm. 136.
[32] Abu Dāwud, op.cit., Juz 5, hlm. 292.
[33] Tirmidzi, op.cit., Juz 3, hlm.579
[34] Ibnu Mājah, op.cit., Juz 2, hlm.729
[35] Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir, Cet. Ke-2, Maktabah al-Ulum wa al-Hukm, 1983, hlm. 137 (Syamilah).
[36]Ibid.
[37] Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Al-Fadhl bin Ibrahim (selanjutnya disebut Dārimī ), Sunan Ad-Dārimī, Dār Al-Mughnī Lī An-Nasy wa At-Tauzī`, Riyadh, 1420 H. Juz 4, hlm. 2129.
[38] Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani, Syu`ab al-Iman, Cet. Ke-1, Maktabah al-Rasyd lī  al-Nasyr wa al-Tauzī`, Riyadh, 2003/1423 H (Syamilah)
[39] Ali bin Abu Bakr al-Haitsami, Majma' Az-Zawa'id wa Manba' Al-Fawa'id, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, 1988, no.17013 (Syamilah).
[40] Muslim, op.cit., Juz 1, hlm.556
[41] Abu Dāwud, op.cit., Juz 6, hlm.125
[42]Darimi, op.cit., Juz 4, hlm.2128
[43] Bukhāri, op.cit., Juz 2, hlm.149
[44] Muhammad bin Ishaq Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah. al-Maktab al-Islami, Beirut, 1970, hlm. 91 (Syamilah versi 3.28).
[45] Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani, Syu`ab al-Iman, Cet. Ke-1, Maktabah al-Rasyd lī  al-Nasyr wa al-Tauzī`, Riyadh, 2003/1423 H (Syamilah)
[46] Ahmad bin Syu`aib al-Nasa'i, Sunan An-Nasa'i al-Kubra. Cet. ke-1. Dar al-Kutub al-`Ilmiyah, Beirut, 1991, hlm. 238 (Syamilah).
[47] Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Al-Fadhl bin Ibrahim al- Dārimī,, Sunan al-Dārimī. Dār al-Mughnī Lī al-Nasy wa al-Tauzī`. Riyadh, 1420 H. hlm.540 (Syamilah).
[48]Sulaiman bin Ahmad al-, al-Mu'jam al-Kabir. Maktabah al-Ulum wa Al-Hukm, 1983 (Syamilah).
[49] Muhammad bin Abdullah al-,al-Mustadrak `Alā Ash-Shahihaini. Cet. ke-1, Dār Al-Kutub Al-`Ilmiyah, Beirut, 1990/1411 H, hlm.458 (Syamilah).
[50] Abu Sa`id al-Haitsam bin Kalīb al- Syāsyī, Musnad al-Syāsyī. Maktabah al-`Ulūm wa Al-Hukm, Madinah, 1410 H, hlm.200 (Syamilah).

[51] Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir. Maktabah al-Ulum wa Al-Hukm, 1983, hlm.137 (Syamilah).
[52] Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Al-Fadhl bin Ibrahim al- Dārimī, Sunan al-Dārimī, Cet. ke-1. Dar al-Kitab al-`Arabi, Beirut, 1407 H, hlm.541 (Syamilah).
[53] Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa al- Baihaqi, Syu`ab al-Iman, Cet. Ke-1, Maktabah al-Rasyd lī  al-Nasyr wa al-Tauzī`, Riyadh, 2003/1423 H, hlm.68 (Syamilah).  
[54] Ali bin Abu Bakr al-Haitsami, Majma' al-Zawa'id wa Manba' al-Fawa'id, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, 1988,  no.17013 (Syamilah).
[55] Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal. Muassasah al-Risalah, Libanon, 2001, hlm.287 (Syamilah).
[56] Muhammad bin Abdullah al- Hakim, al-Mustadrak `Alā Ash-Shahihaini. Cet. ke-1, Dār Al-Kutub Al-`Ilmiyah, Beirut, 1990/1411 H, hlm.750 (Syamilah).
[57] Sulaiman bin Ahmad al- Thabrani, al-Mu`jam al-Ausath, Dar Al-Haramain, Kairo, 1415 H, hlm.278 (Syamilah).
[58] Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa al-Baihaqi,, Syu`ab al-Iman, Cet. Ke-1, Maktabah al-Rasyd lī  al-Nasyr wa al-Tauzī`, Riyadh, 2003/1423 H, hlm.60 (Syamilah).
[59] Muslim, op.cit., Juz 1, hlm.554
[60] Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu`aib bin `Ali al-Nasa'i, Sunan An-Nasa'i. Maktabah al-Mathbu'ats al-Islamiyah, Halb, 1986, hlm.138 (Syamilah).
[61] al-Hakim, op.cit., hlm.745 (Syamilah)
[62] al-Baihaqi, op.cit., hlm. 32
[63] Bukhāri, op.cit., Juz 3, hlm. 343.
[64] Abu Dāwud, op.cit., Juz 2, hlm. 589.
[65] Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu`aib bin `Ali al- Nasa'i, Sunan al-Nasa'i. Maktabah al-Mathbu'ats al-Islamiyah, Halb, 1986, hlm.171  (Syamilah).
[66] Ahmad, op.cit. hlm.407 (Syamilah)
[67] Bukhāri, op.cit., Juz 3, hlm. 344.
[68] Sulaimān bin al-Asy`ats al-Azdī al-Sijistānī Abū Dāwud, Sunan Abu Dawud, Darul al-Kitab al-'Arabi, Beirut, tt, hlm.473 (Syamilah).
[69] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm. 407.
[70] Ibnu Mājah, op.cit., Juz 2, hlm. 1275.
[71] Bukhāri, op.cit., Juz 4, hlm. 379.
[72] Muslim, op.cit., Juz 1, hlm. 557.
[73] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm.22
[74] Nasa'i, op.cit., hlm. 171 (Syamilah)
[75] Ahmad, op.cit., hlm. 386 (Syamilah)
[76] Abu Dawud, op.cit., hlm. 482 (Syamilah)
[77] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm. 535.
[78] Nasa'i, op.cit., hlm. 250 (Syamilah)
[79] Ahmad, op.cit., hlm. 335 (Syamilah)
[80] Bukhāri, op.cit., Juz 3, hlm. 344.
[81] Abu-Dāwud, op.cit., Juz 7, hlm. 395.
[82] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm. 407.
[83] Ibnu Mājah, op.cit., Juz 2, hlm. 1275.
[84] Ahmad, op.cit., hlm. 347 (Syamilah)
[85] Abu Dawud, op.cit., hlm. 482 (Syamilah)
[86] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm. 535.
[87] Nasa'i, op.cit., hlm. 250 (Syamilah)
[88] Ahmad, op.cit., hlm. 335 (Syamilah)
[89] Abu Bakr Ahmad bin `Amru bin Abdul Khāliqi al- Bazzār, Musnad al-Bazzar, Cet. ke-1, Maktabah al-`Ulum wa Al-hukm, Madinah al-Munawwarah, 2009, hlm.240 (Syamilah).
[90] Ibid.
[91] al-Haitsami, Majma` Zawā'id…., op.cit., hlm. 69.
[92]Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, Dār Al-Basyā'ir Al-Islamiyah, Beirut, 1989/1409 H, hlm. 211 (Syamilah).
[93] `Abdurrahman bin Abi Hātim al-Rāzi, al-Jarh wa al-Ta`dīl, Cet. ke-1. Dār Ihyā' Al-Turāts Al-`Arabi, Beirut, 1952/1271 H, hlm.146 (Syamilah); Lihat pula Al-`Uqailī, Muhammad bin `Amru bin Mūsā, Ad-Dhu`afā', Cet. ke-1, Dār Al-Maktabah Al-`Ilmiyah, Beirut, 1984/1404 H, hlm. 164 (Syamilah).
[94] Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy-Syaibani, Al-`Ilal wa Ma`rifata Al-Rijāl, Al-Maktab Al-Islamī, Beirut, 1988/1408 H,  No. 909 (Syamilah).
[95] `Abdurrahman bin `Alī bin Muhammad bin Al-Jauzī Abu Al-Faraj, Ad-Dhu`afā' wa Al-Matsrūkin, Dār Al-Kutub Al-`Ilmiyah, Beirut, 1406 H, No. 2467 (Syamilah).
[96] Ibid.
[97] Muhammad bin `Ali bin Hajar Al-Asqalani, Tahdzību al-Tahdzīb, Mathba`ah Dā'irah al-Ma`ārif, India, 1326 H, no.759 (Syamilah)

[98] Ahmad, op.cit., Juz 6, hlm.335
[99] Ibid.
[100] Darimi, op.cit., Juz 3, hlm.1760
[101] Nasa'i, op.cit., Juz 9, hlm.5
[102]  al-Bazzar, op.cit., hlm.291
[103] Abdullah bin Muhammad Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf fi al-Hadits wa al-'Atsar, Maktabah al-Rasyd,  Riyadh, 1409 H, hlm.324 (Syamilah).

[104] Al-Haitsami, op.cit., Juz 10, hlm.115
[105] Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Ad-Dīnūrī Ibnu Sunni,  Kitab `Amal Al-Yaumi wa Al-Laila,. Maktabah Dār Al-Bayān, hlm.29
[106] Ibid
[107] `Ali bin `Amr bin Ahmad al-Dāruquthni,, al-Dhu`afā wa al-Matrūkīn, Cet. Ke-1, al-Maktab al-Islami, Beirut,  1980/1400 H, hlm. 186.
[108] Muhammad bin Ahmad al-Dzahabī, Mīzānu Al-I`tidāl Fī Naqdi Ar-Rijāl. Cetakan Pertama. Dār Al-Kutub Al-`Ilmiyyah, Beirut, 1995/1416 H, Juz 5, hlm. 306.

Post a Comment for "Kupas Tuntas Al-Ma'tsurat Al-Shughra (Bag.1 dari 3 tulisan)"