Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kupas Tuntas Al-Ma'tsurat Al-Shughra (Bag.2 dari 3 tulisan)

Bedah derajat hadits al-Ma'tsurat

11. Doa ke-11 : Membaca Allaħumma Mā Ashbaha bī  3 kali
Secara lengkap doa tersebut adalah sebagai berikut:
اللهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِيَ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ، وَلَكَ الشُّكْرُ.
"Ya Allah, nikmat apapun yang Aku peroleh, ataupun melalui salah satu mahluk-Mu, maka sesungguhnya hal itu berasal dari-Mu. Engkau Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Mu, bagi-Mu segala puji, dan bagi-Mu pula segala rasa syukur."


a. Hadits tentang doa Allaħumma Mā Ashbaha bī  3 kali
Penyebutan doa ini hanya ditemukan pada konteks bahasan mengenai doa yang di baca pagi dan petang, tidak ditemukan adanya konteks lain selainnya. Salah satu hadits yang menyebutkannya adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ وَإِسْمَاعِيلُ قَالاَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَنْبَسَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ غَنَّامٍ الْبَيَاضِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِى مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ. فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِى فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ لَيْلَتِهِ »
"Menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih, menceritakan kepada kami Yahya bin Hasan dan Ismail, mereka berdua berkata, menceritakan kepada kami Sulaiman bin Hilal, dari Rabi`ah bin Abi Abdirrahman, dari Abdillah bin Anbasah, dari Abdillah bin Ghannam Al-Bayadhi, bahwa Nabi SAW bersabda,"Barangsiapa yang ketika pagi hari membaca,"Allaħumma Mā Asbaha bī Min Ni`matin Fa Minka Wahdaka Lā Syarīkalaka Falaka Al-Hamdu wa Laka Asy-Syukru," maka sesungguhnya ia telah menunaikan kesyukurannya pada hari tersebut, dan barangsiapa yang membacanya ketika sore hari, maka sesungguhnya ia telah menunaikan kesyukurannya pada malam tersebut." [1]

b. Analisis Kualitas Sanad Hadits
Diriwayatkan oleh Abu Dawud bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.5073;[2] an-Nasa'i Sunan al-Kubrā bab Tsawāb Man Qāla Hīna Yusbih wa Hīna Yumsī, no.9835;[3] Ibnu Hibban bab al-Adzkār, no.861;[4] al-Baihaqi Syu`ab al-Īmān bab Ta`dīd Ni`ama Allah, no.4059.[5]
Dalam jalur periwayatan hadits di atas terdapat seorang perawi hadits yang bernama Abdullah bin Anbasah. Ibnu Abi Hatim menyebutkan bahwa Abu Zur`ah pernah ditanya mengenai Abdullah bin Anbasah, maka beliau menjawab,"Aku tidak mengetahuinya meriwayatkan hadits yang lain selain dari hadits ini."[6]
Meskipun demikian, para ulama tidak ada yang berkomentar mengenainya secara lebih detail. Dalam Mīzānu al-I`tidāl Fī Naqdi al-Rijāl Imam al-Dzahabi pun hanya menyebutkan namanya tanpa komentar apapun. Demikian pula dengan Ibnu Hajar dalam Tahdzibu al-Tahdzib. Akan tetapi, Ibnu Hibban menyebutkan namanya dalam Ats-Tsiqat.[7] Dengan keadaan seperti ini, penulis mengambil pendapat Ibnu Hibban, yang men-tsiqah-kannya.
 Adapun dengan Rabi`ah bin Abdurrahman, Ibnu Abi Hatim menyebutkan bahwa Abu Bakar Al-Humaidi berkata bahwa Rabi`ah bin Abdurrahman adalah seorang hafiz. Di-tsiqah-kan pula  oleh Abu Hatim.[8]
Demikian pula dengan Sulaiman bin Bilal, Imam Ahmad berkata bahwa tidak ada masalah dengan periwayatannya dan beliau adalah seorang yang tsiqah.[9]  
Dengan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa sanad hadits ini adalah hasan, karena kehadiran Abdullah bin Anbasah dalam jalur periwayatannya.
c. Analisis kualitas Matan
Menurut tinjauan matan, hadits ini tidak memiliki masalah, baik dari segi kandungan maupun lafaznya. Dengan demikian matan hadits ini shahih.
Dengan melihat hasil analisis terhadap sanad dan matannya, penulis berkesimpulan bahwa hadits ini adalah hadits hasan.   

12. Doa Ke-12 : Membaca Yā Rabbī Laka Al-Hamdu  3 Kali
Redaksi lengkap doa tersebut adalah sebagai berikut:
يَا رَبِّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيمِ سُلْطَانِكَ
"Wahai Tuhanku, bagi-Mu segala puji, sebagaimana kemuliaan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu."
a. Hadits mengenai Yā Rabbī Laka Al-Hamdu  3 Kali
Hadits yang menyebutkan mengenai doa ini adalah sebagai berikut:
3801 - حدثنا إبراهيم بن المنذر الحزامي . حدثنا صدقة بن بشير مولى العمريين قال سمعت قدامة بن إبراهيم الجمحي يحدث أنه كان يختلف إلى عبد الله بن عمر بن الخطاب وهو غلام . وعليه ثوبان معصفران . قال فحدثنا عبد الله بن عمر أن رسول الله صلى الله عليه و سلم حدثهم: ( أن عبدا من عباد الله قال يا رب لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك ولعظيم سلطانك . فعضلت بالملكين . فلم يدريا كيف يكتبانها . فصعدا إلى السماء وقالا يا ربنا إن عبدك قد قال مقالة لاندري كيف نكتبها . قال الله عز و جل وهو أعلم بما قال عبده ماذا قال عبدي ؟ قالا يا رب إنه قال يا رب لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك وعظيم سلطانك فقال الله عز و جل لهما اكتباها كما قال عبدي . حتى يلقاني فأجزيه بها).
"Menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al-Mundziri Al-Hazami, menceritakan kepada kami Shadaqah bin Basyir, hamba sahaya Al-`Umariyin, ia berkata, saya mendengar Qudamah bin Ibrahim Al-Jumahi, ia mengatakan bahwa dahulu Abdullah bin Umar diperselisihkan, yaitu ketika ia masih anak-anak. Dalam hal ini salah satu yang memperselisihkannya adalah Tsauban Mu`ashfaran, Qudamah bin Ibrahim kemudian berkata, menceritakan kepada kami Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW menceritakan kepada mereka,"Bahwa seorang hamba di antara hamba-hamba Allah membaca," Wahai Tuhanku, bagi-Mu segala puji, sebagaimana kemuliaan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu."[10]
b. Analisis Kualitas Sanad
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Fadhlu Al-Hāmidīna, no.3801;[11] al-Baihaqi Syu`abu al-Īmān bab Ta`dīdu Ni`ama Allahi `Azza wa Jalla, no.4077;[12] al-Thabrani al-Mu`jam al-Kabīr bab Abdullah bin `Umar bin Al-Khattāb, no.13297.[13]
Al-Hafiz al-Mundziri berkata hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Imam Ahmad, dengan melalui sanad yang muttashil dan rawi-rawi yang tsiqah, hanya saja tidak ditemukan seorang pun yang berkomentar mengenai Shadaqah bin Basyīr, baik men-ta`dil-kan ataupun men-jarh-nya.[14]
Demikian dalam kitab jarh-ta`dīl yang telah ditelusuri, tidak ditemukan adanya komentar mengenai Shadaqah bin Basyīr, semuanya hanya menyebutkan namanya tanpa komentar apapun. Dengan demikian, hadits ini dha`if, yaitu dengan majhūl hāl-nya (tidak diketahui keterangan mengenai dirinya) Shadaqah bin Basyīr.

13. Doa ke-13 : Membaca Radhītu billāhi Rabban 3 kali
Doa tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut:
رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا ، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا ، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا  وَ رَسُولاً
"Aku telah ridha Allah sebagai Rabbku, islam sebagai agamaku, dan dengan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku"

a. Hadits tentang doa Radhītu billāhi Rabban
1. Mendapat ampunan dosa jika dibaca ketika mendengar suara Adzan
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bab Istihbābu al-Qaulu Mitsla Qaula al-Mu`addzin, no.386;[15] Abu Dawud bab Ma Yaqūlu Idzā Sami`a al-Mu'addzin;[16] Tirmidzi bab Mā Yaqūlu Idzā Adz-Dzana Al-Mu'adzdzin, no.210;[17] an-Nasa'i al-Du`ā' `Inda al-Adzān, no.679;[18] Ibnu Majah bab Mā Yaqūl Idzā Adz-Dzana al-Mu'adzdzin, no.721;[19] Ahmad bab Musnad Abī Ishāk Sa`īd bin Abī Waqāsh, no.1565.[20]
2. Wajib masuk surga bagi yang membacanya
Diriwayatkan oleh Abu Dawud bab Fī Al- Istighfār, no.1531;[21]
3. Mendapat ridha Allah bagi yang membacanya 3 kali ketika pagi dan sore hari
Salah satu riwayat yang menyebutkan doa ini adalah sebagai berikut:
18967 - حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي عَقِيلٍ، قَاضِي وَاسِطٍ، عَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ، قَالَ: مَرَّ رَجُلٌ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ، فَقَالُوا: هَذَا خَادِمُ النَّبِيِّ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَقُمْتُ إِلَيْهِ، فَقُلْتُ: (1) حَدِّثْنِي حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَا يَتَدَاوَلُهُ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الرِّجَالُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ: رَضِيتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا، إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ "
"Menceritakan kepada kami Aswad bin `Amir, menceritakan kepada kami Syu`bah, dari Abi `Aqil, dari Sabiq bin Najih, dari Abi Sallam, ia (Sabiq bin Najih) berkata, beberapa orang laki-laki melewati Mesjid Himsh, mereka kemudian berkata,"Orang ini adalah pelayanan Nabi SAW, Ia (Sabiq bin Najih) berkata : maka aku berdiri mendekat kepada mereka, dan berkata: ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang telah Engkau langsung dari Rasulullah SAW, yang tidak ada seorang pun yang menjadi perantaranya, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,"Tidaklah seorang hamba Allah muslim ketika pagi dan sore hari membaca 3 kali :"Aku telah ridha Allah sebagai Rabbku, islam sebagai agamaku, dan dengan Muhammad sebagai Nabiku," kecuali Allah akan benar-benar meridhainya pada hari kiamat."[22]

b. Analisis Kualitas Sanad
Diriwayatkan oleh Tirmidzi bab Mā Jā'a Fī Ad-Du`ā Idzā Asbaha, no.3389;[23] Ibnu Majah bab Mā Yad` ū bihī Idzā Asbaha, no.3870;[24] Imam Ahmad bab Hadītsu Khādimi An-Nabiyi SAW, no.18967;[25] Ibnu Abi Syaibah bab Fī al-Rajul Mā Yaqūl Idzā Asbah, no.26541.[26]
Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini Hasan Gharib; Al-Hafiz Al Haitsami mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al-Thabrani dengan jalur periwayatan yang tsiqah.[27] Berdasarkan pernyataan al-Hafiz al-Haitsami ini, maka sanad hadits ini shahih.

c. Analisis kualitas matan
Menurut tinjauan matan, hadits ini tidak memiliki masalah, baik dari segi lafaz ataupun kandungannya.
Berdasarkan hasil analisis sanad dan matan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hadits ini adalah shahih.

14. Doa Ke-14 : Membaca Subhānallahi Wa Bihamdihī `Adada Khalqihī 3 Kali
Secara lengkap doa tersebut adalah sebagai berikut:
سبحان الله و بحمده عدد خلقه و رضا نفسه وزنة عرشه ومداد كلماته
"Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, sebanyak bilangan ciptaan-Nya, dan sebanyak keridhaan-Nya, dan sebesar bobot Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya."

a. Hadits tentang doa Subhānallahi Wa Bihamdihī `Adada Khalqihī  3 kali
Salah satu riwayat yang menyebutkan doa ini adalah sebagai berikut:
( 2726 ) حدثنا قتيبة بن سعيد وعمرو الناقد وابن أبي عمر ( واللفظ لابن أبي عمر ) قالوا حدثنا سفيان عن محمد بن عبدالرحمن مولى آل طلحة عن كريب عن ابن عباس عن جويرية: أن النبي صلى الله عليه و سلم خرج من عندها بكرة حين صلى الصبح وهي في مسجدها ثم رجع بعد أن أضحى وهي جالسة فقال ما زلت على الحال التي فارقتك عليها ؟ قالت نعم قال النبي صلى الله عليه و سلم لقد قلت بعدك أربع كلمات ثلاث مرات لو وزنت بما قلت منذ اليوم لوزنتهن سبحان الله وبحمده عدد خلقه ورضا نفسه وزنة عرشه ومداد كلماته.
"Menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa`īd, `Amru An-Nāqidi, dan Ibnu Abī `Amr (redaksi ini menurut Ibnu Abi `Amr), mereka berkata, menceritakan kepada kami Sufyān, dari Muhammad bin Abdurrahmān, yaitu hamba sahaya milik keluarga keluarga Thalhah, dari Kuraib, dari Ibnu Abbās, dari Juwairiyah : bahwa Nabi SAW keluar dari sisinya pada suatu pagi ketika ia shalat subuh, dan saat itu ia (Juwairiyah) berada di dalam tempat shalatnya. Kemudian Beliau SAW kembali ke rumahnya setelah waktu dhuha, dan ia (Juwairiyah) masih dalam keadaan duduk di tempat shalatnya. Maka beliau bersabda,"Apakah Engkau tetap duduk disini sebagaimana aku tinggalkan tadi ? Aku menjawab,"Ya!". Nabi SAW bersabda,"Sesungguhnya Aku telah membaca setelah tadi empat kata tiga kali, yang jika seandainya ditimbang maka akan sama pahalanya (denganmu), yaitu," "Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, sebanyak bilangan ciptaan-Nya, dan sebanyak keridhaan-Nya, dan sebesar bobot Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya."[28]

b. Analisis Kualitas Sanad
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bab al-Tasbīh Awwala an-Nahār, no.2726;[29] Abu Dawud bab al-Tasbīh bi al-Hashā, no.1503[30]; an-Nasa'i Sunan al-Kubrā bab Dzakara Hadītsu Ka`ab bin `Ujrah Fī al-Ma`qubāts;[31]
Kehadiran Imam Muslim dan Kitab Shahihnya dalam jalur periwayatan hadits ini membuat penulis merasa tidak perlu lagi untuk menelitinya lebih lanjut baik dari segi sanad maupun matan. Karena para ulama hadits menyatakan bahwa hadits-hadits yang bersumber dari kitab Shahih Muslim merupakan hadits yang tidak diragukan lagi keshahihannya.
Ibnu Sholah menyatakan bahwa Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim adalah kitab yang paling shahih sesudah Kitab Allah SWT, yaitu Al-Qur'an.[32]
Imam Muslim menyatakan bahwa tidak semua hadist shahih beliau masukan ke dalam kitabnya, akan tetapi yang dimasukkan hanyalah hadist-hadits shahih yang para ulama telah bersepakat atas keshahihannya.[33]

15. Doa Ke-15: Membaca Bismillahi Alladzī Lā Yadhurru Ma`a Ismihī 3 Kali
Secara lengkap doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada yang dapat membahayakan sedikitpun, baik di bumi atau pun di langit, dan Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."
a. Hadits tentang Bismillahi Alladzī Lā Yadhurru Ma`a Ismihī 3 Kali
5090 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مَوْدُودٍ عَمَّنْ سَمِعَ أَبَانَ بْنَ عُثْمَانَ يَقُولُ سَمِعْتُ عُثْمَانَ - يَعْنِى ابْنَ عَفَّانَ - يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُمْسِىَ ».
"Menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, menceritakan kepada kami Abu Maudūdin, dari orang orng yang mendengar Abān bin Utsman, bahwa Abān berkata, saya mendengar Utsman-Yaitu Ibnu Affān- berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,"Barangsiapa yang membaca,"Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada yang dapat membahayakan sedikitpun, baik di bumi atau pun di langit, dan Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." 3 kali maka tidak akan ditimpa oleh musibah hingga pagi hari. Dan barangsiapa yang membacanya ketika pagi hari 3 kali, maka tidak akan tertimpa musibah hingga sore hari."[34]
b. Analisis sanad Kualitas Hadits
Diriwayatkan oleh Abu Dawud bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.5088;[35] Tirmidzi bab Mā Jā'a Fī al-Du`ā' Idzā Asbaha, no.3388;[36] Ibnu Majah bab Mā Yad`ū bihī al-Rajul Idzā Asbaha, no.3869;[37] an-Nasa'i bab Mā Yaqūl Idzā Intaħā Ilā Qaumin, no.10178;[38] Imam Ahmad bab Musnad Utsmān bin Affān, no.446;[39]
Imam Tirmidzi berkata hadits ini Hasan Shahih Gharib,[40] Mengenai jalur yang disampaikan oleh Abu Dawud, dan Ibnu Abi Syibah, al-Hakim mengatakan bahwa sanadnya shahih.[41] Dishahihkan pula oleh Ibnu Hibban.[42]
Dalam jalur periwayatan yang disampaikan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah, terdapat seorang perawi bernama Abdurrahman bin Abu Zinad, Ibnu Al-Jauzi menyebutkan bahwa Imam Ahmad berkata ia adalah seorang mudhtharib al-Hadits, Imam Nasa'i menyatakannya dha`if, Yahya bin Ma`in dan Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa haditsnya tidak dapat dijadikan hujjah, akan tetapi ia ditsiqahkan oleh Imam Malik.[43]
Berdsarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sanad hadits ini shahih, yaitu jika melalui jalur Abu Dawud, Ibnu Abi Syaibah. Dan benilai dha`if jika melwati jalur Imam Ahmad, An-Nasa'i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah.
c. Analisis kualitas matan
Menurut analisis matan, hadits ini tidak memiliki masalah pada matannya. Sehingga derajatnya adalah shahih.

16. Doa Ke-16 : Membaca Allaħumma Innā Na`ūdzu bika Min An-Nusyrika bika 3 Kali
Secara lengkap doa tersebut berbunyi sebagai berikut :
اللهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ
"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik kepada-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu terhadap perbuatan syirik yang kami tidak mengetahuinya."
a. Hadits tentang Membaca Allaħumma Innā Na`ūdzu bika Min An-Nusyrika bika 3 Kali
Salah satu jalur periwayatan hadits yang menyebutkan mengenai doa ini adalah sebagai berikut:
19606 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ يَعْنِي ابْنَ أَبِي سُلَيْمَانَ الْعرْزَمِيَّ، عَنْ أَبِي عَلِيٍّ رَجُلٍ مِنْ بَنِي كَاهِلٍ قَالَ: خَطَبَنَا أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ ؛ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ . فَقَامَ إِلَيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَزْنٍ، وَقَيْسُ بْنُ المُضَارِبِ فَقَالَا: وَاللهِ لَتَخْرُجَنَّ مِمَّا قُلْتَ أَوْ لَنَأْتِيَنَّ عُمَرَ مَأْذُونٌ لَنَا أَوْ غَيْرُ مَأْذُونٍ . قَالَ: بَلْ أَخْرُجُ مِمَّا قُلْتُ، خَطَبَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: " أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ ؛ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ " . فَقَالَ لَهُ: مَنْ شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُولَ وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ، وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ: قُولُوا: " اللهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ "
"Menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair, menceritakan kepada kami Abdul Malik, yaitu Ibnu Abi Sulaiman Al-`Arzamī, dari Abi `Alī, yaitu seorang laki-laki yang berasal dari Banī Kāħil, ia berkata, Abū Mūsā Al-Asy`ārī berkhutbah kepada kami, maka beliau berkata,"Wahai sekalian manusia, takutlah kalian kepada syirik, karena ia lebih tersembunyi dari pada tersembunyinya lubang semut. Maka Abdullah bin Hazn dan Qais bin Al-Mudhārib berdiri, dan keduanya berkata,"Demi Allah, apa yang Engkau katakan berbeda (belum pernah terdengar oleh kami), atau kami akan mendatangi Umar, baik kami diizinkan ataupun tidak. Abu Musa berkata:"Akulah yang pertama mengatakannya (pada kalian). Suatu hari Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami, maka beliau bersabda,"Wahai manusia, takutlah kalian kepada syirik, karena ia lebih tersembunyi dibandingkan dengan lubang semut." Maka sesorang berkata kepada beliau,"bagaimanakah caranya agar kami dapat menghidarinya, sementara ia lebih tersembunyi jika dibandingkan lubang semut ? bBeliau bersabda,"Katakanlah oleh kalian," "Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik kepada-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu terhadap perbuatan syirik yang kami tidak mengetahuinya."[44]

b. Analisis Kualitas Sanad Hadits
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bab Hadītsu Abī Mūsā al-Asy`arī, no.19606,[45] Ibnu Abi Syaibah bab Fī al-Ta`awwudzi Mina al-Syirki, no.29547;[46] Thabrani Kitab al-Mu`jam al-Kabīr bab Qath`atun Min al-Mafqūd, no.1567.[47]
Dalam sanad di atas, Ibnu Abi Hatim menyebutkan dari Yahya bin Ma`in bahwa Yahya menyatakan Abdullah bin Numair adalah seorang yang tsiqah.[48]
Adapun mengenai Ibnu Abī Sulaimān al-`Azrāmī nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Abī Sulaiman al-`Azramī, al-Hafiz Adz-Dzahabī menyatakan bahwa ia adalah seorang ahli hadits tsiqah yang terkenal.[49]
Sedangkan mengenai Abu `Ali, Syaikh al-Bushīrī berkata bahwa ia disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam al-Tsiqāt, dan tidak ada seorang pun yang men-dha`if-kannya.[50]
Melihat uraian ini, maka penulis menyimpulkan bahwa sanad hadits ini adalah hasan, yaitu dengan adanya Abu `Ali dalam sanadnya.

c. Analisis kualitas matan
Menurut pengamatan penulis, matan hadits ini tidak memiliki masalah yang dapat merusak keshahihan matan, baik dari segi susunan lafaz matan yang berupa kata asing, kata yang berubah, kata yang terbalik, ataupun sisipan dan tambahan, ataupun dari segi kandungan matan yang berupa pertentangan matan dengan matan yang lain, dan makna matan yang sulit difahami. Dengan demikian, matan hadits ini adalah shahih.

17. Doa Ke-17 : Membaca A`ūdzu bi Kalimāti Allahi al-Tāmmāti 3 Kali
Doa tersebut selengkapnya sebagai berikut :
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
"Aku berlidung dengan kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari kejahatan mahluk-Nya."
a. Hadits tentang Membaca A`ūdzu bi Kalimāti Allahi al-Tāmmāti 3 Kali
1. Dibaca sebagai perlindungan ketika turun hujan deras
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bab Fī al-Ta`awwudz, no.2708;[51] Tirmidzi bab Mā Jā'a Mā Yaqūlu Idzā Nazala Manzilan, no.3437.[52]
2. Sebagai perlindungan dari sengatan hewan berbisa
Abu Dawud bab Kaifa al-Raqī, no.3893;[53] Ibnu Majah bab Rukyatu al-Hayyatu wa al-`Aqrab, no.3518.[54]
3. Dibaca 3 kali pada waktu sore, sebagai perlindungan dari sengatan hewan-hewan berbisa pada malam hari
Adapun salah satu riwayat yang menyebutkan hal ini adalah sebagai berikut:
3604. حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى ، قَالَ : أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ ، عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِي ثَلاَثَ مَرَّاتٍ : أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ، لَمْ يَضُرَّهُ حُمَةٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ.
"Menceritakan kepada kami Yahya bin Musa, ia berkata, mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun, ia berkata, mengabarkan kepada kami Hisyam bin Hassan, dari Suhail bin Abi Shalih, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda,"Barangsiapa yang ketika sore hari membaca tiga kali,"Aku berlidung dengan kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari kejahatan mahluk-Nya." Maka tidak akan dibahayakan oleh sengatan binatang berbisa pada malam itu."[55]

b. Analisis Kualitas Sanad Hadits 
Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi bab Fī al-Isti`adzdzah, no.3604;[56] Imam Ahmad bab Musnad Abī Hurairah, no.7898,[57] Ibnu Abi Syaibah bab Mā Yu'maru al-Rajulu An Yad`ū Falā Yadhurruhū, no.29409.[58]
Berkaitan dengan para perawi di atas, para ulama hadits memberikan komentar sebagai berikut:
Pertama, mengenai Abu Shalih, ia adalah hamba sahaya Ummu Hani binti Abu Thalib. Yahya bin Ma`in berkata bahwa tidak ada masalah dengannya. Abu Hatim berkata bahwa haditsnya ditulis, namun tidak dapat dijadikan hujjah. an-Nasa'i berkata bukanlah orang yang tsiqah.[59]
Kedua, mengenai Suhail bin Abu Shalih, Yahya bin Ma`in berkata Suhail dan al-`Ala'i hadits keduanya hampir sama, keduanya tidak dapat dijadikan hujjah. Ibnu Abi Hatim berkata, saya bertanya kepada Ayahku mengenai Suhail bin Abi Shalih, ia berkata bahwa hadits darinya ditulis, namun tidak dapat dijadikan hujjah.[60]
Meskipun kedua rijal di atas mendapat kritikan dari para ulama, akan tetapi Imam Muslim sangat banyak menyebutkan sanad melalui jalur ini, yaitu dari Suhail bin Abu Shalih, dari ayahnya Abu Shalih, dari Abu Hurairah.
  Adapun mengenai Hisyam bin Hassan dan Yazid bin Harun, keduanya adalah rijal dari Shahih Bukhari.
Melihat hal ini, maka penulis menyimpulkan bahwa sanad hadits ini shahih.
c. Analisis kualitas matan
Menurut pengamatan penulis, matan hadits ini tidak memiliki masalah yang dapat merusak keshahihan matan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, matan hadits ini shahih.
Dengan melihat uraian hasil analisis sanad dan matan di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa hadits ini shahih, sanad dan matannya.

18. Doa Ke-18 : Membaca doa perlindungan dari keresahan, kegelisahan, dan kemalasan 3 Kali
Doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
"Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari resah dan gelisah, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu dan sikap pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan tekanan orang."
a. Hadits tentang Membaca doa perlindungan dari keresahan, kegelisahan, dan kemalasan 3 Kali
Salah satu hadits yang menyebutkan doa ini adalah sebagai berikut:  
2893- حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ عَنْ عَمْرٍوعن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : لأَبِي طَلْحَةَ الْتَمِسْ غُلاَمًا مِنْ غِلْمَانِكُمْ يَخْدُمُنِي حَتَّى أَخْرُجَ إِلَى خَيْبَرَ فَخَرَجَ بِي أَبُو طَلْحَةَ مُرْدِفِي وَأَنَا غُلاَمٌ رَاهَقْتُ الْحُلُمَ فَكُنْتُ أَخْدُمُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا نَزَلَ فَكُنْتُ أَسْمَعُهُ كَثِيرًا يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.
"Menceritakan kepada kami Qutaibah, menceritakan kepada kami Ya`qub, dari `Amr, dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW bersabda kepada Abu Thalhah,"Mintalah seorang anak dari anak-anak kalian untuk berkhidmat kepadaku, hingga aku keluar menuju Khaibar, maka Abu Thalhah mengikutiku dan saat itu aku masih anak-anak, sejak saat itu aku melayani Nabi SAW hingga aku baligh, jika ia turun dari kendaraannya, saya mendengar beliau banyak membaca," "Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari resah dan gelisah, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu dan sikap pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan tekanan orang."[61]

b. Analisis Kualitas Sanad Hadits
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bab Man Ghazā bi Shaibi Li al-Khidmah, no.2893;[62] Abu Dawud bab Fī al-Isti`adzdzah, no.1555;[63] Tirmidzi bab Jāmi`u al-Da`awāt `Ani an-Nabi SAW, no.3484;[64] an-Nasa'i bab al-Isti`adzdzah Min al-Ħam, no.5450;[65] Imam Ahmad bab Musnad Anas bin Mālik, no.12616.[66]
Kehadiran Imam Bukhari dan Kitab Shahihnya dalam jalur periwayatan hadits ini membuat penulis merasa tidak perlu lagi untuk menelitinya lebih lanjut baik dari segi sanad maupun matan. Karena para ulama hadits menyatakan bahwa hadits-hadits yang bersumber dari kitab Shahih Bukhari merupakan hadits yang tidak diragukan lagi keshahihannya.
Ibnu Sholah menyatakan bahwa Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim adalah kitab yang paling shahih sesudah Kitab Allah SWT, yaitu Al-Qur'an.[67]
Imam Bukhari menyatakan bahwa beliau tidak memasukkan  ke dalam kitab shahihnya kecuali hadits-hadits yang shahih.[68]
19. Doa Ke-19 : Membaca Doa Perlindungan dari Kufur, Fakir, dan Azab Kubur 3 Kali
Secara lengkap doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu kekafiran dan kefakiran, dan aku berlindung pula kepada-Mu dari azab kubur, tidak ada Tuhan selain Engkau."

a. Hadits tentang Doa Perlindungan dari Kufur, Fakir, dan Azab Kubur 3 Kali
1. Sebagai bacaan setelah shalat fardu
An-Nasa'i bab al-Ta`awwudz Fī Duburi al-Shalāh, no.1347;[69] Ibnu Abi Syaibah bab Kitab al-Du`ā, no.29138;[70] Ibnu Khuzaimah bab al-Ta`awwudz ba`da As-Salām, no.747.[71]
2. Sebagai bacaan pagi dan sore 3 kali
Hadits yang menyebutkan mengenai hal ini adalah sebagai berikut:
5092 - حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالاَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ الْجَلِيلِ بْنِ عَطِيَّةَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مَيْمُونٍ قَالَ حَدَّثَنِى عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِى بَكْرَةَ أَنَّهُ قَالَ لأَبِيهِ يَا أَبَةِ إِنِّى أَسْمَعُكَ تَدْعُو كُلَّ غَدَاةٍ اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَدَنِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى سَمْعِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَصَرِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ تُعِيدُهَا ثَلاَثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلاَثًا حِينَ تُمْسِى. فَقَالَ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدْعُو بِهِنَّ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ. قَالَ عَبَّاسٌ فِيهِ وَتَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ تُعِيدُهَا ثَلاَثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلاَثًا حِينَ تُمْسِى فَتَدْعُو بِهِنَّ فَأُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ.
"Menceritakan kepada kami Al-`Abbās bin Abdul `Azhīm, dan Muhammad bin Al-Mutsannā, mereka berdua berkata, menceritakan kepada kami `Abdul Mālik bin `Amru, dari `Abdul Jalīl bin `Athiyah, dari Ja`fār bin Maimūn, ia berkata, menceritakan kepadaku `Abdurrahman bin Abī Bakrah, bahwa ia pernah berkata kepada bapaknya,"Hai Ayahku, aku mendengar Engkau selalu membaca," "Ya Allah, sehatkanlah badanku, Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku, Ya Allah sehatkanlah penglihatanku, tidak ada Tuhan selain Engkau." Engkau membacanya tiga kali ketika pagi dan sore. Maka ayahnya berkata,"Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW berdoa dengannya, dan aku cinta melakukan sunnahnya. Abbas meriwayatkan lanjutan hadits ini,"Dan Engkau juga membaca," "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu kekafiran dan kefakiran, dan aku berlindung pula kepada-Mu dari azab kubur, tidak ada Tuhan selain Engkau." Engkau membacanya tiga kali ketika pagi dan sore hari. Ayahnya berkata,"Berdoalah kalian dengannya, karena aku mencintai melakukan sunnahnya."[72]
b. Analisis Kualitas Sanad
Diriwayatkan oleh Abu Dawud bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.5090;[73] Imam Ahmad bab Hadītsu Abī Bakrah Nufai` bin al-Hārits, no.20381;[74] an-Nasa'i bab Nau`un Ākhar wa ħuwa Saiyidu al-Istigfār, no.9850;[75] Ibnu Hibban bab al-`Ad`īyah, no.1028.[76] 
Mengenai jalur periwayatan di atas, sanad yang digunakan oleh Imam an-Nasa'i dan Imam Ahmad adalah sanad yang terdiri dari perawi-perawi yang disebutkan haditsnya dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Dengan demikian, hadits ini shahih melalui jalur kedua jalur ini.
Sedangkan melalui jalur yang disebutkan oleh Abu Dawud di atas, perawi-perawi yang disebutkannya adalah perawi yang disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, selain Ja`far bin Maimun, Abdul Jalil bin Athiyah, dan al-Abbas bin Abdul `Azhim. Dengan demikian, hadits ini adalah hadits shahih yaitu jika melalui jalur Imam Ahmad dan an-Nasa'i.
c. Analisis kualitas matan
Menurut pengamatan penulis, matan hadits ini adalah shahih, karena tidak ditemukan di dalamnya hal-hal yang dapat merusak keshahihan matan baik dari segi susunan lafaz ataupun kandungan matannya.
Tolok ukur yang dapat digunakan untuk melihat ada-tidaknya keganjilan-keganjilan (Syadz dan Illat) dalam hadits baik pada susunan lafaz ataupun kandungan matan hadits adalah sebagai berikut:[77]
1. Matan hadits tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an;
2. Matan hadits tidak boleh bertentangan dengan hadits lain dan sirah nabawiyah yang lebih kuat.
3. Matan hadits tidak boleh bertentangan dengan penalaran akal sehat, kesaksian indrawi, dan fakta historis.
Pernyataan matan hadits mencirikan sabda kenabian, yaitu:
1. Tidak sembarangan;
2. Tidak rancu maknanya;
3. Tidak menyerupai ungkapan yang muncul dikemudian hari;


20. Doa Ke-20 : Membaca Doa Permohonan Kesehatan Untuk Badan, Pendengaran, dan Penglihatan 3 Kali
Doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَدَنِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى سَمْعِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَصَرِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
"Ya Allah, sehatkanlah badanku, Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku, Ya Allah sehatkanlah penglihatanku, tidak ada Tuhan selain Engkau."
a. Hadits tentang doa permohonan kesehatan
Dalam takhrij yang penulis lakukan, doa di atas hanya muncul dalam konteks zikir pagi dan petang, serta tidak ditemukan adanya konteks lain.
Adapun hadits yang menyebutkannya adalah sebagai berikut:
5092 - حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالاَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ الْجَلِيلِ بْنِ عَطِيَّةَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مَيْمُونٍ قَالَ حَدَّثَنِى عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِى بَكْرَةَ أَنَّهُ قَالَ لأَبِيهِ يَا أَبَةِ إِنِّى أَسْمَعُكَ تَدْعُو كُلَّ غَدَاةٍ اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَدَنِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى سَمْعِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَصَرِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ تُعِيدُهَا ثَلاَثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلاَثًا حِينَ تُمْسِى. فَقَالَ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدْعُو بِهِنَّ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ.
"Menceritakan kepada kami Al-`Abbās bin Abdul `Azhīm, dan Muhammad bin Al-Mutsannā, mereka berdua berkata, menceritakan kepada kami `Abdul Mālik bin `Amru, dari `Abdul Jalīl bin `Athiyah, dari Ja`fār bin Maimūn, ia berkata, menceritakan kepadaku `Abdurrahman bin Abī Bakrah, bahwa ia pernah berkata kepada bapaknya,"Hai Ayahku, aku mendengar Engkau selalu membaca," "Ya Allah, sehatkanlah badanku, Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku, Ya Allah sehatkanlah penglihatanku, tidak ada Tuhan selain Engkau." Engkau membacanya tiga kali ketika pagi dan sore. Maka ayahnya berkata,"Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW berdoa dengannya, dan aku cinta melakukan sunnahnya.[78]

b. Analisis Kualitas Sanad
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.5090;[79]
Hadits yang disebutkan pada doa ke-20  di atas adalah sama dengan hadits yang ada di atas doa ke-19, sehingga penulis tidak akan membahas kembali mengenai penilaian terhadapnya.


[1] Abu Dawud, op.cit., Juz 7, hlm.408
[2] Ibid.
[3] an-Nasa'i, op.cit., hlm.5 (Syamilah).
[4] Muhammad bin Hibban, Shahih Ibnu Hibban bi At-Tartīb Ibnu Balbān. Cet. ke-2. Mu'assasah al-Risalah, Beirut, 1993/1414 H, hlm.142 (Syamilah).
[5] Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa al- Baihaqi, Syu`ab al-Iman, Cet. Ke-1, Maktabah al-Rasyd lī  al-Nasyr wa al-Tauzī`, Riyadh, 2003/1423 H, hlm.211 (Syamilah).
     
[6] Abdurrahman bin Abi Hatim Al-Rāzī, Al-Jarh wa Al-Ta`dīl, Cetakan ke-1, Dār Al-'Ihya' Al-Turāts, Beirut, 1952,  hlm.132. (Syamilah)
[7] Ibnu Hibban, Muhammad bin Hibban, Ats-Tsiqāts, Cetakan ke-1. Dar Al-Fikr, Kairo, 1975, hlm. 53 (Syamilah).
[8] Al-Rāzī, Op.Cit, hlm. 475.
[9] Ibid., hlm. 103.
[10] Ibnu Majah, op.cit., Juz 2, hlm.1249
[11] Ibid.
[12]  al-Baihaqi, Syu`abu al-Iman, op.cit., hlm.225
[13] al-Thabrani, al-Mu`jam al-Kabīr, op.cit., hlm.343
[14] Abdul Azim bin Abdul Qawi al-Mundziri, al-Targhib wa al-Tarhib min Al-Hadits Asy-Syarif, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, 1417 H, hlm.435 (Syamilah).

[15] Muslim, op.cit., Juz 1, hlm.290
[16] Abū Dāwud, op.cit., Juz 1, hlm.395
[17] Tirmidzi, op.cit., hlm.286 (Syamilah)
[18] an-Nasa'i, op.cit., hlm. 26 (Syamilah)   
[19] Ibnu Mājah, op.cit., Juz 1, hlm.238
[20]  Ahmad, op.cit., hlm.134 (Syamilah)
[21]  Abu Dawud, op.cit., hlm.562 (Syamilah)
[22] Ahmad, Op.Cit. hlm.302
[23] Tirmidzi, Op.Cit, Juz 5, hlm.397
[24] Muhammad bin Yāzīd Al-Qazwainī Ibnu Mājah,, Sunan Ibnu Mājah, Dār al-Fikr, Beirut, hlm.1273 (Syamilah).     
[25] Ahmad, op.cit., hlm.302 (Syamilah)
[26] Syaibah, Abdullah bin Muhammad Ibnu Abi, al-Mushannaf fi al-Hadits wa al-'Atsar, Maktabah al-Rasyd,  Riyadh, 1409 H, hlm.324 (Syamilah).
[27] Al-Haitsamī, op.cit., Juz 10, hlm.115 
[28] Muslim, Op.Cit., Juz 4, hlm.2090
[29]Ibid.
[30]Abū Dāwud, op.cit., Juz 2, hlm.617  
[31] Ahmad bin Syuaib An-Nasa'i, Sunan An-Nasa'I Al-Kubra, Cetakan ke-1, Dar Al-Kutub Al-`Ilmiyah, Beirut, 1991, hlm. 48 (Syamilah).
[32]Ibnu Sholah,  op.cit., hlm. 21.
[33]Ibid., hlm. 20.
[34] Abu Dawud, op.cit, Juz 7, hlm.419
[35] Ibid.,
[36] Tirmidzi, op.cit, Juz 5, hlm.396
[37] Ibnu Majah, op.cit, Juz 2, hlm.1273
[38] Nasa'i, op.cit., hlm.
[39] Ahmad, op.cit., hlm. 498 (Syamilah).
[40] Tirmidzi, op.cit, Juz 5, hlm.396
[41] Muhammad bin Abdullah al-Hakim, Al-Mustadrak `Alā Ash-Shahihaini, Cetakan ke-1, Dār Al-Kutub Al-`Ilmiyah, Beirut, 1990/1411 H, hlm. 695 (Syamilah).
[42] Ibnu Hibban, op.cit., hlm.144
[43] Abu al-Faraj Abdurrahman bin `Ali bin Muhammad Ibnu al-Jauzi,, al-Dhu`afā wa al-Matrūkīn, Cetakan Pertama, Dār al-Kutub al-`Ilmīyah, Beirut, 1986/1406 H, Juz 2, hlm. 94 (Syamilah).
[44] Ahmad, op.cit, hlm.383
[45] Ibid.
[46] Abdullah bin Muhammad Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf fi al-Hadits wa al-'Atsar, Maktabah al-Rasyd, Riyadh, 1409 H, hlm. 70 (Syamilah).
[47] Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir (http://www.ahlalhdeeth.com), hlm. 165.
[48] Abdurrahman bin Abi Hātim, op.cit. hlm.186
[49] Lihat Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi, Mizan al-I`tidāl, Dār al-Ma`rifah Li al-Thabā`ah wa al-Nashr, Beirut, tt, hlm. 656 (Syamilah).
[50] Ahmad bin Abu Bakar bin Ismā`īl al-Bushīrī,, Ittihāfu al-Khairati al-Muħarrati bi Zawā'idi Al-Masānidi Al-`Asyrati, Dār Al-Wathn, 1999/1420 H, hlm.170 (Syamilah)

[51] Muslim, op.cit., Juz 4, hlm.2080
[52] Tirmidzi, op.cit., Juz 5, hlm.436
[53] Abu Dawud, op.cit., Juz 6, hlm.40
[54] Ibnu Majah, op.cit., Juz 2, hlm.1162
[55] Tirmidzi, op.cit, hlm.475
[56] Ibid.
[57] Ahmad, op.cit, hlm.274 (Syamilah)
[58] Ibnu Abi Syaibah, op.cit., hlm.53 (Syamilah)
[59] al-Hafiz al-`Aini, Mahmud bin Ahmad bin Musa, Maghāni al-Akhyār Fi Syarhi Asma'i Rijāl Ma`āni al-Atsār, Tt. (Syamilah). hlm.80
[60]`Abdurrahman bin Abi Hātim, al-Jarh wa al-Ta`dīl. Cetakan ke-1, Dār Ihyā' al-Turāts al-`Arabi, Beirut, 1952/1271 H, hlm.246 (Syamilah)

[61] Bukhāri, op.cit, Juz 2, hlm.329
[62] Ibid.
[63] Abū Dāwud, op.cit, Juz 2, hlm.651
[64] Tirmidzi, op.cit, Juz 5, hlm.468
[65] an-Nasa'i, op.cit, hlm.257
[66] Ahmad, op.cit, hlm. 68
[67] Ibnu Sholah, op.cit., hlm.21
[68] Ibid, hlm.20
[69] an-Nasa'i, op.cit., hlm.73
[70] Ibnu Abi Syaibah, op.cit., hlm.18 (Syamilah)
[71] Ibnu Khuzaimah, Muhammad bin Ishaq, Shahih Ibnu Khuzaimah, al-Maktab al-Islami, Beirut, 1970, hlm.367 (Syamilah)

[72] Abu Dawud, op.cit., hlm.484
[73] Abu Dawud, op.cit., Juz 7, hlm.421
[74] Ahmad, op.cit, hlm.17
[75] an-Nasa'i, op.cit, hlm.9
[76] Ibnu Hibban, op.cit., hlm.303
[77] Irwan Abdurrahman, Jurnal Wawasan, Vol.30, No.2, 2007, hlm.247
[78] Abu Dawud, op.cit., Juz 7, hlm.421
[79] Ibid.

 Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano

1 comment for "Kupas Tuntas Al-Ma'tsurat Al-Shughra (Bag.2 dari 3 tulisan)"